Gara-gara Varian Delta, BI Pangkas Proyeksi Ekonomi RI Jadi 3,5-4,3%

Gara-gara Varian Delta, BI Pangkas Proyeksi Ekonomi RI Jadi 3,5-4,3%

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Kamis, 22 Jul 2021 17:02 WIB
Pertumbuhan ekonomi RI di kuartal II-2021 diramal tembus 7%. BI menyebut hal ini karena pemulihan di sektor pendukung turut mendorong ekonomi nasional.
Ilustrasi/Foto: Agung Pambudhy
Jakarta -

Pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal II-2021 diperkirakan lebih rendah akibat tekanan dari varian delta COVID-19. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menjelaskan hal ini karena pembatasan mobilitas untuk mengatasi penyebaran virus Corona varian Delta.

Perry menyebutkan penurunan pertumbuhan terutama terjadi pada konsumsi rumah tangga karena terbatasnya mobilitas di tengah peningkatan stimulus bantuan sosial oleh pemerintah, dan tetap kuatnya kinerja ekspor.

"Pada kuartal IV-2021, pertumbuhan ekonomi diprakirakan kembali meningkat didorong oleh peningkatan mobilitas sejalan dengan akselerasi vaksinasi dan penerapan protokol kesehatan, berlanjutnya stimulus kebijakan, dan terus meningkatnya kinerja ekspor," kata Perry dalam konferensi pers, Kamis (22/7/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia mengungkapkan secara spasial, penurunan pertumbuhan ekonomi tercatat lebih kecil di luar Jawa, khususnya Sulawesi-Maluku-Papua (Sulampua), didukung dengan kinerja ekspor yang kuat. Dengan perkembangan tersebut, BI memprakirakan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2021 menjadi 3,5-4,3% dari proyeksi sebelumnya 4,1-5,1%.

Perry menjelaskan pada kuartal II-2021, perbaikan ekonomi terus berlanjut terutama didorong oleh peningkatan kinerja ekspor, belanja fiskal dan investasi non bangunan.

ADVERTISEMENT

"Perkembangan sejumlah indikator dini pada Juni 2021, seperti penjualan eceran dan PMI, mengindikasikan pemulihan ekonomi domestik yang masih berlangsung," jelas Perry.

Simak video '6 Indikator Ini Tunjukkan Ekonomi Indonesia Mulai Pulih':

[Gambas:Video 20detik]



Bagaimana dengan ekonomi global? Cek halaman berikutnya.

Sementara itu untuk ekonomi global, Perry menjelaskan kenaikan pertumbuhan ekonomi tercatat di Amerika Serikat (AS) dan Kawasan Eropa seiring dengan percepatan vaksinasi serta berlanjutnya stimulus fiskal dan moneter, sementara pertumbuhan ekonomi China tetap tinggi.

Prospek ekonomi India dan kawasan ASEAN diprakirakan lebih rendah seiring dengan penerapan pembatasan mobilitas untuk mengatasi peningkatan kembali kasus COVID-19.

Dengan perkembangan tersebut, BI merevisi ke atas prakiraan pertumbuhan ekonomi global tahun 2021 menjadi 5,8% dari sebelumnya sebesar 5,7%.

Volume perdagangan dan harga komoditas dunia juga diprakirakan lebih tinggi sehingga mendukung perbaikan kinerja ekspor negara berkembang, termasuk Indonesia.

Sementara itu, ketidakpastian pasar keuangan global meningkat didorong oleh kekhawatiran pasar terhadap peningkatan penyebaran COVID-19 dan dampaknya terhadap prospek ekonomi dunia, serta antisipasi terhadap rencana kebijakan pengurangan stimulus moneter (tapering) the Fed.

"Kondisi tersebut mendorong pengalihan aliran modal kepada aset keuangan yang dianggap aman (flight to quality), sehingga mengakibatkan terbatasnya aliran modal dan tekanan nilai tukar negara berkembang, termasuk Indonesia," ujar dia.


Hide Ads