Kementerian Pertanian (Kementan) tengah mempersiapkan pengembangan 900 Kampung Buah di seluruh Indonesia. Kampung Buah ini menjadi bagian dari program Kampung Hortikultura, yakni pengembangan kawasan hortikultura yang mengusung konsep One Village One Variety (OVOV).
Direktur Buah dan Florikultura Liferdi Lukman berharap program pengembangan Kampung Hortikultura ini dapat meningkatkan daya saing produk hortikultura Indonesia. Sekaligus mendorong peningkatan produk serta pemenuhan pangan bagi masyarakat.
"Kita ingin kampung yang akan dikembangkan ini benar-benar bisa terwujud dan terimplementasi di lapangan. Maka dari itu, secara berseri kita adakan bimtek online untuk pendampingan," ujar Liferdi dalam keterangan tertulis, Jumat (23/7/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal itu dia ungkapkan saat membuka bimbingan teknis (bimtek) bertajuk Kiat Sukses Budidaya Lengkeng dalam Mendukung Kampung Buah secara daring, Rabu (21/7).
Dia menjelaskan dari 900 kampung buah tersebut, 120 kampung di antaranya merupakan kampung lengkeng. Sebab produksi lengkeng dinilai mengalami peningkatan signifikan.
Lebih lanjut, Liferdi memaparkan data Badan Pusat Statistik (BPS), berdasarkan data tersebut tercatat produksi lengkeng pada 2019 mencapai 1.162 ton. Kemudian di tahun 2020, produksi naik menjadi 1.236 ton dan pada Mei 2021, tercatat sudah ada 590 ton lengkeng yang diproduksi.
Sementara itu, Ketua Perhimpunan Hortikultura Indonesia (PERHORTI), Slamet Susanto menambahkan lengkeng menjadi salah satu buah yang cukup banyak peminatnya di Indonesia. Ini terbukti dari angka impor yang masih relatif tinggi. Oleh karena itu, Slamet mendukung adanya kampung lengkeng untuk meningkatkan produksi dan memenuhi permintaan dalam negeri.
Slamet menyebut budidaya lengkeng memiliki sederet keunggulan, di antaranya lengkeng memiliki harga jual yang baik, produktivitasnya tinggi, kemampuan adaptasi luas, disukai masyarakat, dan memiliki potensi agrowisata.
"Harga jual lengkeng cukup baik, produktivitas tinggi, dan memiliki kemampuan adaptasi yang luas. Selain itu, karena disukai masyarakat, potensi agrowisata pada kampung lengkeng juga cukup tinggi," jelas Slamet.
Potensi kampung lengkeng ini pun bisa dilihat pada Agrowisata Kebun Kelengkeng Borobudur Magelang. Pembina Agrowisata Kebun Kelengkeng Borobudur, Serda Mugiyanto mengatakan kebun binaannya ini bisa menghasilkan nilai tambah kepada BUMDes berupa keuntungan bersih hingga Rp100 juta per tahun.
Menurutnya, semula kebun tersebut merupakan lahan yang tidak produktif. Kemudian, ia bersama kelompok tani binaannya mengelola lahan ini dengan membudidayakan lengkeng varietas Kateki yang merupakan varietas paling unggul.
"Lengkeng Kateki ini varietas paling unggul. Buahnya manis, dagingnya tebal, dan bijinya juga kecil. Bisa juga dibuahkan kapan saja tanpa kenal musim dan bisa hidup di dpl rendah, medium, hingga tinggi," ujar Mugiyanto.
Dalam membudidayakan lengkeng, baik Slamet maupun Mugiyanto sepakat bahwa ada 3 (tiga) aspek kunci yang harus diperhatikan. Pertama adalah bibit yang tepat dan menggunakan varietas unggul. Kemudian, harus memiliki kesesuaian agroklimat dan dibudidayakan dengan agroteknologi yang tepat.
(akd/hns)