Perihal harga obat terapi, di DKI Jakarta, KPPU menemukan harga yang melampaui HET. Obat Ivermectin di beberapa toko obat online dijual dengan harga dua kali lipat dari HET yaitu sebesar Rp 16.750 per tablet. Padahal, HET untuk Ivermectin yaitu maksimal Rp 7.500 per tablet.
Di Jawa Barat, masih di marketplace terdapat toko yang menjual Favipiravir 200 mg produksi Kimia Farma dengan merk Avigan dan Avicov dijual Rp 35.000-85.000 per tablet (HET Favipiravir 200 mg maksimal Rp 22.500 per tablet). Begitupun dengan Oseltamivir 75 mg yang diproduksi Indofarma, KPPU masih menemukan harga hampir tiga kali lipat di atas HET yakni Rp 67.500 per kapsul (HET Oseltamivir 75 mg per kapsul Rp 26.000).
Obat antibiotik Azithromycin masih banyak dijual di atas harga eceran. KPPU menemukan harga Azithromycin 500 mg dijual seharga Rp 40.000 per dengan HET maksimal Rp 1.700 per tablet. Sedangkan Azithromycin 0,5 g dijual dengan harga Rp 100.000 per vial, padahal HET yang ditentukan Rp 95.400 per vial.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di Banten, harga obat Favipiravir 200 mg produksi Kimia Farma dijual Rp 55.000 per tablet, merk Avicov bahkan dijual Rp 65.000 per tablet dengan HET keduanya maksimal Rp 22.500 per tablet. Masih di Banten, obat terapi COVID-19 Remdisivir 100 mg per vial injeksi paten dijual dengan merk Remdac dan Covifor mengalami kenaikan hampir dua kali lipat dari HET nya yaitu dijual Rp 1.550.000-1.800.000 (HET Rp 510.000 per vial).
KPPU Kanwil Jambi pun melaporkan hal serupa. Di salah satu apotek K-24 Provinsi Jambi, harga Azithromycin 500 mg tablet dijual Rp 1.800 per tablet memiliki selisih dengan HET sekitar Rp 500. Ada dua jenis obat yang sulit didapatkan hingga saat ini yakni Remdisivir dan Immunoglubin.
(ara/ara)