Jakarta -
Pemerintah mendorong agar para pengusaha melakukan ekspor produk-produknya. Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan para pengusaha saat ini makin mudah untuk bisa go global alias memasarkan produknya ke dunia internasional.
Oleh karena itu para pengusaha mikro pun jangan mau hanya memasarkan produknya ke tetangga sekitar saja. Erick mengatakan pengusaha kecil harus mau belajar dan melakukan kolaborasi untuk mendapatkan peluang usaha, akses modal, hingga akses pasar.
"Ini era baru, era digital. Jika mau belajar dan kolaborasi, kita bisa dapat peluang, akses modal, keterampilan, bahkan akses pasar di dalam dan luar negeri. Peluang bisnis bukan lagi andalkan tetangga sekitar sebagai pasar tetapi juga seantero Indonesia, bahkan ke tingkat global," ungkap Erick dalam Festival Ide Bisnis Ekspor, Jumat (30/7/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nah saat ini ada peluang yang cukup besar bagi pelaku usaha yang mau ekspor produknya ke Inggris. General Manager (GM) BNI London Roekmana Adjie mengatakan saat ini Inggris sedang melakukan penataan kembali perdagangan dengan negara-negara mitranya, termasuk Indonesia. Maka dari itu, peluang perdagangan sedang terbuka lebar.
"Memang memasarkan sesuatu ke luar negeri itu tidak gampang, tapi potensi perdagangan tetap lebar ke Inggris dan kita bisa manfaatkan. Mungkin jika mendengar Brexit akan familiar, nah saat ini pemerintah Inggris sedang melakukan penataan kembali perdagangan dengan mitranya usai Brexit," ungkap Roekmana dalam acara yang sama.
Kendala terbesar yang mungkin dihadapi para pelaku usaha yang mau ekspor ke Inggris, yakni literasi masyarakat Inggris yang rendah terhadap produk Indonesia. Menurutnya, dibanding negara Asean lainnya, produk Indonesia belum banyak dikenal.
"Orang Inggris ini belum memiliki pengetahuan mengenai Indonesia, khususnya brand-brandnya. Brand Indonesia belum menjadi knowledge masyarakat umum di Inggris," ungkap Roekmana.
Meski begitu, Roekmana membagikan 4 tips yang bisa dilakukan pengusaha di Indonesia agar bisa melakukan ekspor ke Inggris. Seperti apa tipsnya? klik halaman berikutnya.
Go Online
Menurut Roekmana, masyarakat Inggris sangat tinggi literasi teknologinya. Maka dari itu mereka tidak akan asing dengan namanya pasar online, baik lewat marketplace ataupun media sosial.
Dia meminta perusahaan UMKM mulai melakukan digitalisasi teknik penjualan dan mempromosikan produknya lewat online. Dengan begitu, produk yang dijajakan bisa saja dilirik masyarakat di Inggris.
"Bisnis UMKM harus melakukan pendekatan ke digitalisasi atau marketplace, ini jadi kekuatan penetrasi kejangkauan market yang luas. Apalagi di Inggris masyarakatnya punya literasi teknologi yang tinggi," ungkap Roekmana.
Konsistensi Kualitas Produk
Roekmana mengatakan masyarakat di Inggris sangat kritis bila menilai sebuah produk. Kualitas produk pun harus terjaga dari waktu ke waktu bila ingin mendapatkan langganan.
"Konsistensi standar dari kualitas produk dan jasa ini harus diperhatikan, kualitas harus terjaga di semua produk yang dipasarkan. Kita juga harus pikirkan hubungan bisnis keberlanjutan, ini jadi krusial bagi mereka," ungkap Roekmana.
Bahkan, masyarakat di Inggris juga akan sangat kritis dengan bahan baku hingga manfaat produk yang ditawarkan. Maka dari itu, ada baiknya informasi mengenai bahan baku hingga manfaat dari produk dijabarkan sejelas-jelasnya oleh pelaku usaha.
Produk Ramah Lingkungan
Tren produk ramah lingkungan sedang merambah masyarakat di Eropa. Pelaku usaha menurut Roekmana harus memperhatikan tren ini. Ada baiknya, dalam memproduksi sesuatu menggunakan bahan baku dan energi yang ramah lingkungan, hal itu bisa menjadi nilai lebih bagi suatu produk yang dihasilkan.
"Saat ini ada trend produk yang ramah lingkungan, hal ini makin didengungkan di market orang Inggris. Ini berpengaruh kepada preferensi konsumen ke depan, ini perlu kita perhatikan," kata Roekmana.
Kuatkan Kapasitas Usaha
Meski ekspor terus didorong, Roekmana menilai pelaku usaha jangan sampai terburu-buru alias grasak-grusuk untuk melakukan ekspor. Untuk melakukan ekspor butuh kapasitas usaha yang besar, salah satunya kemampuan produksi yang harus baik. Bila terburu-buru ekspor bisa jadi pelaku usaha yang kesulitan sendiri memenuhi permintaan dari konsumen luar negeri.
"Jangan buru-buru, tak perlu grasak-grusuk untuk ekspor. Kapasitasnya besar, kalau buru-buru malah nggak bisa penuhi ini jadi masalah sendiri. Maka kita mesti paham dulu kapabilitas kita, bangun kapasitas dan kapabilitas supaya mampu ekspor," ungkap Roekmana.