Badan Geologi Bicara Ancaman Jakarta Tenggelam yang Disinggung Joe Biden

ADVERTISEMENT

Badan Geologi Bicara Ancaman Jakarta Tenggelam yang Disinggung Joe Biden

Tim detikcom - detikFinance
Sabtu, 31 Jul 2021 10:15 WIB
Sejumlah warga beraktiftas di kawasan Pantai Marunda yang terdampak Rob, Selasa (3/12). Kota Jakarta diprediksi akan tenggelam di tahun 2050, atau bahkan lebih cepat. Beberapa kajian menyebutkan bahwa di Jakarta Utara penurunan permukaan tanah mencapai 7,5-18 cm per tahun.
Pesisir Jakarta Utara/Foto: Pradita Utama
Jakarta -

Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden bicara ancaman Jakarta tenggelam saat mengunjungi Kantor Direktur Intelijen Nasional. Hal ini dikutip situs resmi White House.

Awalnya Biden bicara ancaman terbesar AS, yaitu perubahan iklim. Indonesia pun disebut terkait ancaman tenggelam dan rencana Indonesia memindahkan ibu kota negara.

"Tapi apa yang terjadi - apa yang terjadi di Indonesia jika proyeksinya benar bahwa, dalam 10 tahun ke depan, mereka mungkin harus memindahkanibu kotanyakarena mereka akan berada di bawah air?" kata dia.

Kepala Balai Konservasi Air Tanah, Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Isnu Hajar Sulistyawan mengatakan, apa yang disampaikan Joe Biden itu menggunakan perhitungan linier.

Namun, berdasarkan pengamatan Badan Geologi, tidak semua penurunan muka tanah di wilayah DKI Jakarta terjadi secara linier. Bahkan, tidak semua wilayah di Jakarta Utara (Jakut), daerah yang paling rentan, mengalami penurunan tanah yang sama cepatnya.

"Kalau yang disampaikan Joe Biden itu dihitung linier. Mereka hitung dari interpretasi linier dihitung rate dari kemarin sampai sekarang," paparnya dikutip dari CNBC Indonesia, Sabtu (31/7/2021).

Dia menyebut, penurunan tanah di sekitar Tanjung Priok 0,8 cm per tahun. Namun, ada juga penurunan tanah di Jakarta Utara yang lebih cepat seperti di Pluit mencapai 8,6 cm per tahun.

Terdapat sumur pantau untuk melihat penurunan muka tanah di daerah Banjir Kanal Timur (BKT). Sumur tersebut memiliki kedalaman 300 meter sejak 1997, penurunan rata-ratanya 1,64 cm per tahun, tapi dalam 10 tahun terakhir dia sebut penurunannya melandai.

"Memang ada yang katakan 50 tahun ke depan, 10 tahun ke depan, tapi berdasarkan data kita ya seperti itu," lanjutnya.

Salah satu yang menyebabkan penurunan tanah di DKI Jakarta menurutnya adalah karena pemakaian air tanah. Mengenai hal ini, menurutnya pemerintah sudah berupaya melakukan pencegahan pemakaian air tanah yang berlebihan.

"Selama ini beberapa peneliti juga fokus ke air tanah, Badan Geologi fokus di Jakarta bentuk balai konservasi air tanah, lakukan fokus ke air tanah ini," jelasnya.

(ara/ara)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT