Indonesia sempat dibuat optimis ekonomi mulai pulih di penghujung 2020. Berbagai indikator membuktikan hal tersebut. Namun, tiba-tiba virus Corona (COVID-19) kembali mengganas di 2021 dengan kehadiran varian Delta.
Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Suahasil Nazara membeberkan bahwa sejumlah indikator memperlihatkan bahwa Indonesia ada momentum pemulihan. Bahkan sampai awal 2021, hal itu masih terlihat.
"Menunjukkan beberapa indikator konsumsi, indeks keyakinan konsumsinya naik, indeks penjualan ritelnya naik, penjualan mobil meningkat, dan juga belanja negara menunjukkan perbaikan, ekspor-impor, penggunaan listrik dan seterusnya," katanya dalam webinar, Sabtu (31/7/2021).
Bahkan, tingkat kemiskinan juga mulai menunjukkan bahwa pemerintah bisa menahan agar tidak turun terlalu dalam. Ketimpangan pun demikian, bisa ditahan supaya tidak terlalu membesar.
Baca juga: Airlangga Masih Pede Ekonomi RI Tumbuh 7% |
Dari sisi global juga sama, di mana beberapa variabel proyeksi 2021 dinaikkan, pasar keuangan stabil, perdagangan mulai tumbuh, manufaktur di beberapa negara mulai positif, dan harga komoditas terus naik.
Selain itu, dari sisi pelebaran defisit APBN terhadap PDB, Indonesia relatif lebih rendah dibandingkan negara-negara lain. Suahasil menyebut defisit Inggris sekitar 16%, Kanada hampir 20%. Lalu Italia, Argentina, Amerika Serikat, Jepang, bahkan negara-negara tetangga seperti Filipina defisitnya di atas Indonesia, secara persentase terhadap PDB.
"Pertumbuhan ekonominya lebih dalam kontraksinya dibandingkan Indonesia. Indonesia terkontraksi di sekitar 2,07%, Thailand itu kontraksinya sekitar 7%. Malaysia sekitar 6% kontraksinya," lanjutnya.
Lanjut ke halaman berikutnya.
(fdl/fdl)