Mimpi Indonesia jadi negara maju dengan status sebagai negara berpenghasilan tinggi (high income country) di 2045 semakin terjal. Merebaknya pandemi COVID-19 jadi salah satu rintangan yang membuat target itu semakin berat.
Hal itu terlihat dari semakin jauhnya status Indonesia dari negara berpendapatan tinggi. Dari negara berpenghasilan menengah atas (upper middle income country), justru Indonesia turun kelas lagi menjadi negara berpendapatan menengah bawah (lower middle income country).
Mantan Menteri Riset dan Teknologi (Menristek), Bambang Brodjonegoro mengatakan Indonesia tetap harus bisa menjadi negara berpenghasilan tinggi setidaknya di 2045. Jika tidak, Indonesia harus benar-benar melupakan mimpi itu.
"Saya menegaskan 2045 penting bukan hanya merayakan 100 tahun kemerdekaan. Kalau deadline 2045 tidak bisa kita penuhi, susah atau belum berhasil keluar dari middle income trap 2045, akhirnya kita harus melupakan mimpi itu," katanya dalam Webinar Publik 'CSIS dan Transformasi Ekonomi Menuju Indonesia 2045', Rabu (4/8/2021).
Komisaris Utama Telkom itu menyebut sebelum tahun 2045 menjadi momentum yang sangat pas bagi Indonesia mencapai mimpi jadi negara berpenghasilan tinggi karena melimpahnya bonus demografi. Di situ lah mayoritas masyarakat berada dalam usia produktif yang membuat banyak negara berhasil keluar dari jebakan kelas menengah.
Bambang menilai mayoritas penduduk Indonesia bakal berada di usia tak produktif setelah 2045. Hal itu membuat sumber daya manusia (SDM) untuk menggenjot perekonomian juga semakin berkurang.
"Saat ini paling tepat karena menjelang 2045 Indonesia berubah menjadi aging society. Sekarang ini usia produktifnya sebagai bangsa kalau sudah pensiun, kesehatan tidak seprima dulu (jadi) agak susah jadi orang kaya tadi," paparnya.
"Jadi kita harus jadikan 2045 itu tidak hanya simbol 100 tahun, tapi semacam deadline yang tak boleh dilewat," sambung mantan Kepala Bappenas yang dulunya turut terlibat merancang visi Indonesia 2045 tersebut.
(aid/ara)