Selanjutnya Uni Eropa yang pada kuartal II tahun 2020 kontraksi 13,6% namun kuartal II tahun ini tumbuh 13,2%.
"Pertumbuhan ekonomi tinggi pada kuartal II itu selain pemulihan ekonomi juga karena faktor low base pada kuartal II lalu. Beberapa negara yang ekonominya anjlok itu mengalami pertumbuhan," jelas dia.
Nah kondisi ini turut mempengaruhi kinerja ekspor nasional yang mengalami peningkatan. "Seiring dengan perbaikan negara mitra dagang mendorong permintaan ekspor, meningkat 55,89%. Kalau dibandingkan kuartal II 2020. Sedangkan nilai ekspor kit akalau dibandingkan kuartal I 2021 tumbuh 10,36%," jelasnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut sektor, migas mencatatkan yang tertinggi yakni 86,12%, pertanian 13,24%, industri 51,76%, kemudian tambang dan lainnya tumbuh 77,83%.
"Saya ingin sampaikan di sini, dengan pulihnya ekonomi di negara mitra dagang, mendorong permintaan luar negeri dan ekspor meningkat. Peningkatan ekspor tak hanya berdampak langsung ke sektor tersebut, tapi juga memberikan efek ganda ke sektor terkait. Jadi peran ekspor sangat berarti dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia," jelasnya.
Kemudian dari sisi impor juga tercatat mengalami pertumbuhan 50,21% pada kuartal II 2021. Jika dibandingkan kuartal I 2021 impor tumbuh 9,88%. Impor bahan baku penolong tumbuh tinggi 57,8%. Ini artinya permintaan domestik untuk bahan baku yang tinggi menunjukkan ekonomi domestik pada kuartal II mengalami perbaikan.
(kil/fdl)