Pertumbuhan ekonomi di kuartal II-2021 yang mencapai 7,07% dinilai masih jauh dari arah pemulihan ekonomi nasional. Hal ini disampaikan ekonom Institute for Development on Economics and Finance (INDEF)
"Pertumbuhan ekonomi di kuartal kedua yang tinggi dibandingkan kuartal II tahun 2020 menurut kami dari pemaparan bahwa masih jauh dari arah pemulihan dan juga sangat rentan bahwa Indonesia telah lepas dari resesi," kata Peneliti Center of Industry, Trade, and Investment INDEF Eisha Maghfiruha Rachbini dalam diskusi publik secara virtual, Jumat (5/8/2021).
Apa alasannya? Menurut Eisha selama pandemi COVID-19 ini masih meningkat tinggi dan angkanya belum bisa ditekan maka akan selalu ada penekenan pada aktivitas kegiatan ekonomi sehingga pertumbuhan ekonomi masih sangat rentan bisa dikatakan tumbuh.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, Peneliti INDEF lainnya, Andry Satrio Nugroho menambahkan secara teori dari data yang dikeluarkan BPS bisa dikatakan Indonesia keluar dari resesi. Namun masih sangat jauh hingga bisa dikatakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
"Secara teori dengan data BPS iya (keluar dari resesi) tapi tentu masih belum bisa teruji, masih belum berkelanjutan, di kuartal III-2021 ini apakah kita pulih atau masih terseok-seok?" katanya.
Untuk mengatasi tersebut, pemerintah ke depan perlu mempercepat vaksinasi dan memberikan langkah-langkah nyata untuk menekan angka COVID-19. Selain itu, program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) pun dinilainya harus dipercepat dari sisi penyaluran dua sektor krusial yaitu kesehatan dan ekonomi.
"Pemerintah perlu mempercepat vaksinasi dan memberikan langkah-langkah yang konkrit untuk menekan angka covid ini sendiri karena selain krisis ekonomi disebebakan oleh covid dan juga perlu adanya langkah-langkah dampak ekonomi seperti mempercepat PEN (Pemulihan ekonomi nasional) yang belum maksimal untuk disalurkan," tutur Andry.