Beragam Alasan Orang RI Nggak Mau Divaksin Corona

Terpopuler Sepekan

Beragam Alasan Orang RI Nggak Mau Divaksin Corona

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Sabtu, 07 Agu 2021 11:45 WIB
Sebanyak 1.100 mahasiswa di Bekasi menerima vaksinasi COVID-19. Vaksinasi digelar di Aula Universitas Bhayangkara Jakarta Raya.
Foto: Agung Pambudhy
Jakarta -

Program vaksinasi terus digencarkan oleh pemerintah. Hal ini demi terwujudnya herd immunity di masyarakat.

Tapi masih ada kalangan masyarakat yang tak mau divaksinasi. Alasannya beragam mulai dari belum waktunya sampai dengan tak percaya efektivitas vaksin.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono mengungkapkan survei menyebutkan ada 21,2% masyarakat yang menyatakan sudah terjadwal vaksin tapi belum disuntik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lalu 26,3% masih mencari lokasi yang menyediakan kuota vaksin. Kemudian 15,8% tidak mau karena khawatir dengan efek samping vaksin. Lalu ada 4,2% orang yang tidak mau divaksin karena tidak percaya efektivitas vaksin.

"Dari hasil survei menunjukkan bahwa masih ada sebagian masyarakat yang belum melakukan vaksinasi. Itu alasannya karena khawatir dengan efek samping atau tidak percaya kepada efektivitas vaksin itu mencapai 20% dari responden yang belum melakukan vaksin," kata Margo.

ADVERTISEMENT

Margo mengatakan ada 32,5% yang belum divaksinasi karena faktor kesehatan sampai kehamilan.

Survei ini dilakukan secara online terkait perilaku masyarakat pada masa PPKM darurat. Survei ini dilakukan pada 13-20 Juli 2021 dengan responden yang terlibat sebanyak 212.762 orang. Adapun metode yang digunakan ialah non probability sampling yang disebarkan secara berantai (snowball).

Protokol kesehatan di luar Jawa ternyata juga rendah. Datanya di halaman berikutnya.

Survei itu juga mengungkap penerapan protokol kesehatan (prokes) di luar Jawa Bali lebih rendah dibanding dengan wilayah Jawa Bali. BPS pun mengingatkan agar hal ini jadi perhatian sebagai langkah untuk mengantisipasi ledakan kasus COVID-19.

"Kalau dilihat saya pisahkan Jawa Bali dan luar Jawa Bali, kepatuhan di luar Jawa Bali itu lebih rendah kalau dibandingkan Jawa Bali," katanya.

"Ini menjadi catatan penting terkait dengan prokes untuk luar Jawa Bali karena bagaimanapun fasilitas kesehatan dan sebagainya itu lebih bagus Jawa Bali maka kita perlu juga mengantisipasi kalau ada ledakan kasus COVID di luar Jawa Bali maka penanganan di hulu menjadi penting untuk taat kepada prokes," paparnya.

Dia memaparkan, tingkat kepatuhan prokes untuk Jawa Bali seperti memakai 1 masker sebanyak 90%, memakai 2 masker 61%, cuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer 78%, dan menghindari kerumunan 82%.

Sementara, untuk luar Jawa Bali lebih rendah. Untuk pemakaian 1 masker 83%, pemakaian 2 masker 37%, cuci tangan dengan sabun 65%.

"Dan menghindari kerumunan di luar Jawa Bali juga lebih rendah dari Jawa Bali di mana luar Jawa Bali itu hanya 69%," katanya.


Hide Ads