Serangan Varian Delta Mulai Terasa Goyang Ekonomi China

Serangan Varian Delta Mulai Terasa Goyang Ekonomi China

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Sabtu, 07 Agu 2021 17:30 WIB
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Terminal 3 Tanjung Priok, Jakarta, Senin (17/2/2020). Selama Januari 2020, ekspor nonmigas ke China mengalami penurunan USD 211,9 juta atau turun 9,15 persen dibandingkan bulan sebelumnya (mtm). Sementara secara tahunan masih menunjukkan pertumbuhan 21,77 persen (yoy).
Ilustrasi/Foto: Agung Pambudhy
Jakarta -

Pertumbuhan ekspor China tercatat mengalami perlambatan. Hal ini terjadi seiring naiknya kasus COVID-19 di negara tersebut.

Dikutip dari Reuters, disebutkan perlambatan ini juga terjadi pada impor karena sektor industri juga mengalami penurunan akibat adanya pembatasan yang diterapkan.

Negara pengekspor terbesar di dunia itu sebelumnya telah mencatatkan pemulihan ekonomi yang sangat cemerlang. Hal ini ditopang oleh penurunan kasus yang signifikan pada beberapa bulan pertama.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

China juga menjadi negara yang sangat cepat menangani pandemi sampai proses vaksinasi yang menimbulkan sentimen positif dari pasar.

Namun penularan infeksi baru pada Juli yang disebabkan oleh varian Delta ini kembali meningkatkan kasus positif dengan sangat cepat di puluhan kota di China.

ADVERTISEMENT

Kondisi ini memaksa pemerintah daerah untuk melakukan pembatasan atau lockdown tempat tempat yang terdampak. Lalu pemerintah juga melakukan tes massal dan menghentikan operasional bisnis seperti pabrik.

Selain virus, banjir musiman dan cuaca buruk juga turut mempengaruhi produksi industri di beberapa wilayah di China bagian tengah.

Pada Juli ekspor China tercatat mengalami kenaikan 19,3% dibandingkan tahun sebelumnya.

Kepala ekonom Pinpoint Asset Management Zhiwei Zhang mengungkapkan pandemi ini juga turut mempengaruhi iklim bisnis di negara berkembang Asia lainnya.

Bahkan menimbulkan relokasi perdagangan ke China. "Tapi indikator utama menunjukkan ekspor mungkin akan lebih lambat pada beberapa bulan mendatang," imbuh dia.

Selain itu para eksportir di China juga mengalami kekurangan pasokan semikonduktor global, terhambatnya logistik sampai biaya bahan baku dan pengiriman yang lebih tinggi.

Manajer Pemasaran di Suzhou mengungkapkan meskipun permintaan pulih namun masih dibayangi ketidakpastian. Apalagi biaya bahan baku dan kapasitas produksi yang tercatat mengalami peningkatan.

(kil/eds)

Hide Ads