Neraca perdagangan Indonesia periode Juli 2021 tercatat mengalami surplus US$ 2,59 miliar. Angka ini lebih tinggi dibandingkan periode Juni 2021 yang mencapai US$ 1,32 miliar.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono mengungkapkan Indonesia memang terus-terusan mencatat surplus neraca perdagangan sejak Mei 2020.
"Tren surplus (neraca perdagangan) ini dari 2020 dan 15 bulan beruntun," kata dia dalam konferensi pers virtual, Rabu (18/8/2021).
Dari catatan BPS surplus tertinggi terjadi pada Oktober 2020 yang mencapai US$ 3,58 miliar. Dia menyebutkan penyebab surplus ini karena nilai ekspor US$ 17,70 miliar dan impor US$ 15,11 miliar.
Pada kinerja ekspor memang mengalami penurunan 4,53% jika dibandingkan Juni 2021 yang mencapai 18,54 miliar. Tapi secara tahunan ekspor menguat tajam 29,32% dibanding Juli 2020 yang sebesar US$ 13,69 miliar.
Dia mengatakan penyebab turunnya kinerja ekspor karena turunnya ekspor minyak dan gas (migas) dan nonmigas). Eskpor migas turun 19,55% jika dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar US$ 1,23 miliar. Kemudian ekspor nonmigas turun 3,46% dari US$ 17,31 miliar menjadi US$ 16,71 miliar.
Sementara itu berdasarkan golongan barang, komoditas ekspor yang meningkat yakni lemak dan minyak hewan nabati, berbagai produk kimia, pupuk, pakaian dalam dan aksesorisnya, serta nikel dan barang daripadanya. Kemudian ada komoditas yang tercatat mengalami penurunan antara lain tembaga dan barang daripadanya, mesin dan perlengkapan elektrik, mesin dan peralatan mekanis, kendaraan dan bagiannya, serta besi dan baja.
BPS juga mencatat negara-negara yang mengalami kenaikan ekspor seperti ke India mencapai US$ 272,7 juta, Pakistan US$ 91,6 juta, Taiwan US$ 88,6 juta, Mesir US$ 64,1 juta dan Italia US$ 58,2 juta. Kemudian negara yang mengalami penurunan seperti China sebesar US$ 566,4 juta, Jepang US$ 169,2 juta, Filipina US$ 136,4 juta, AS US$ 114,1 juta, dan Thailand US$ 111,5 juta.
Kemudian untuk impor pada Juli 2021, tercatat turun 12,22% secara bulanan dari US$ 17,22 miliar pada Juni 2021, menjadi US$ 15,11 miliar. Tapi jika dibandingkan dengan Juli 2020, meningkat 44,44% yang sebesar US$ 10,46 miliar.
Impor terdiri dari impor migas sebesar US$ 1,78 miliar atau turun 22,28% dari US$ 2,30 miliar pada bulan sebelumnya. Sementara impor nonmigas senilai US$ 13,33 miliar atau berkurang 10,67% dari sebelumnya US$ 14,92 miliar.
Sementara itu untuk impor yang mengalami kenaikan adalah produk farmasi, bijih terak dan abu logam, ampas sisa industri, kendaraan bermotor, serta garam belerang batu dan semen. Lalu yang menurun impor adalah kereta api, trem dan bagiannya, plastik dan barang dari plastik, logam mulia dan perhiasan permata, besi dan baja, serta mesin dan peralatan mekanis. Selanjutnya dari negara terjadi peningkatan impor dari India US$ 111,8 juta, Argentina US$ 20 juta, Spanyol US$ 15,4 juta, Turki US$ 15,2 juta, dan Norwegia US$ 12,6 juta.
Kemudian negara yang mencatatkan penurunan impor antara lain dari China US$ 325,3 juta, Singapura US$ 194,1 juta, Thailand US$170,9 juta, Jepang US$ 150 juta, dan Malaysia US$ 143,1 juta.
(kil/zlf)