Pemerintah memulai pembangunan Satelit Satria I. Hari ini groundbreaking alias peletakan batu pertama di salah satu stasiun pengendali satelit dilakukan. Stasiun pengendali pertama ada di kawasan Cikarang, Jawa Barat.
Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate mengatakan pemerintah menggandeng berbagai pihak yang sudah profesional dalam membangun komponen-komponen Satelit Satria I. Bahkan, Space X, perusahaan milik miliarder asal Amerika Serikat, Elon Musk juga turut serta dalam proyek ini.
Space X, kata Johnny, akan menyediakan roket peluncur untuk Satelit Satria I. Sementara itu untuk komponen pembuatan satelit sendiri akan diserahkan ke perusahaan asal Prancis Thales Alenia Space.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Satellite component oleh Thales Alenia. Roket peluncur dari SpaceX Amerika Serikat," ungkap Johnny dalam acara ground breaking yang disiarkan virtual, Rabu (18/8/2021).
Space Exploration Technologies Corporation, atau Space X sendiri adalah perusahaan transportasi luar angkasa swasta asal negeri Paman Sam yang didirikan oleh miliarder Elon Musk. Perusahaan ini telah mengembangkan roket Falcon dengan tujuan menjadi kendaraan peluncuran yang dapat dipakai ulang.
Kembali ke proyek Satelit Satria I, untuk pembangunan sistem gateway jaringannya Indonesia menggandeng perusahaan asal China, Great Wall Industry Corporation (CGWIC) bersama North West China Research Institute of Electronics Equipment (NWIEE).
Dari sisi monitoring, perusahaan Kratos Defense & Security Solutions Inc asal Inggris diikutsertakan. Terakhir ada perusahaan asal Amerika Serikat, HUGHES yang akan menjadi kontraktor untuk pembuatan IP Hub untuk Satelit Satria I.
Satelit Satria I dibangun dengan skema kerja sama pemerintah dan badan usaha atau KPBU dan memerlukan total investasi US$ 540 juta atau sekitar Rp 7,7 triliun (kurs Rp 14.300). Saat ini, pembiayaan berasal dari sejumlah lembaga pendanaan internasional.
Selain di Cikarang masih ada 10 stasiun pengendali satelit yang akan dibangun. Mulai dari Batam, Banjarmasin, Tarakan, Pontianak, Kupang, Ambon, Manado, Manokwari, Timika, dan Jayapura.
"Sepuluh stasiun lainnya ini masih dalam pengadaan lahan," ungkap Johnny.
Stasiun pengendali atau gateway ini berfungsi untuk mengendalikan dan mengawasi pergerakan Satelit Satria I dan melakukan manajemen jaringan. Satelit ini akan mulai beroperasi secara komersial pada November 2023.
"Ini juga jadi sarana komunikasi data antara Satelit Satria I dengan kita di bumi," ungkap Johnny.
(hal/zlf)