Hantaman COVID-19 Bertubi-tubi, Bagaimana Nasib Ekonomi Malaysia?

Hantaman COVID-19 Bertubi-tubi, Bagaimana Nasib Ekonomi Malaysia?

Tim detikcom - detikFinance
Jumat, 20 Agu 2021 06:00 WIB
Mantan Wakil PM Ismail Sabri Yaakob Kemungkinan Jadi PM Baru Malaysia
Foto: DW (News)
Jakarta -

Warning! Malaysia mencatat tertinggi harian baru 22.242 kasus COVID-19 baru pada Rabu (18 Agustus), sehingga total nasional menjadi 1.466.512.

Mengutip Channel News Asia, Direktur Jenderal Kesehatan Malaysia Noor Hisham Abdullah menjelaskan telah masuk laporan 225 kasus kematian, sehingga total kematian akibat COVID-19 di Malaysia menjadi 13.302 kasus.

Selain itu, Ada 1.060 pasien COVID-19 di unit perawatan intensif, termasuk 540 yang membutuhkan ventilator. Selangor melaporkan jumlah kasus baru tertinggi dengan 6.858 kasus baru, di Kuala Lumpur terrdapat 1.587 kasus baru, Lembah Klang menyumbang 8.445 kasus baru.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tujuh negara bagian lainnya juga terdapat kasus baru yaitu Sabah dengan 2.413, Johor dengan 1.477, Sarawak dengan 1.403, Kedah dengan 1.852, Pulau Pinang dengan 1.867, Kelantan dengan 1.351 dan Perak dengan 1.036.

Negara bagian lain yang mencatat kenaikan tiga digit termasuk Negeri Sembilan dengan 577, Melaka dengan 579, Pahang dengan 675 dan Terengganu dengan 487.

ADVERTISEMENT

Rekor sebelumnya untuk kasus harian baru di Malaysia adalah 21.668, dilaporkan pada 12 Agustus. Hingga Rabu (18/8), 34,9% populasi Malaysia telah menerima kedua dosis vaksin COVID-19, sementara 53,4% telah menerima satu dosis.

Nah, di tengah melonjak kasus baru COVID-19, bagaimana prediksi ekonomi Malaysia di tengah Pandemi? Langsung klik halaman berikutnya.

Secara umum, mengacu pada data Asian Development Bank (ADB) atau Bank Pembangunan Asia, proyeksi pertumbuhan ekonomi 2021 negara-negara Asia telah direvisi.

Proyeksi ini turun menjadi 7,2% dari lebih rendah dibandingkan target sebelumnya pada April lalu sebesar 7,3%. Proyeksi tersebut dipangkas menyusul meluasnya virus COVID-19 varian baru di beberapa negara. Varian baru tersebut menghambat laju pertumbuhan ekonomi di beberapa negara.

ADB, dalam keterangan resmi, dikutip dari CNBC Indonesia Rabu (28/7/2021) menilai program vaksinasi cukup pesat di banyak negara, namun pada negara berkembang di Asia masih jauh dari target minimal demi mencapai kekebalan kelompok (herd immunity) di angka 70%.

Menurut ADB, proyeksi pertumbuhan ekonomi Malaysia diturunkan dari semula 6,0% menjadi 5,5%. Vonis serupa juga dijatuhkan pada Indonesia.

Untuk Indonesia ADB memangkas target pertumbuhan ekonomi dari 4,5% menjadi 4,1% tahun ini, akibat dari lonjakan kasus infeksi gelombang kedua. Peningkatan kasus baru positif baru memaksa pemerintah melaksanakan pembatasan kegiatan masyarakat.

Selain itu, Thailand yang pada kuartal pertama tahun ini masih mengalami kontraksi, proyeksi pertumbuhan PDB nya turun dari 3,0% menjadi 2,0%. Bahkan Vietnam yang merupakan salah satu negara ekonomi terbaik tahun lalu yang mampu menghindari jurang resesi, pertumbuhan ekonominya juga ikut dipangkas oleh ADB dari 6,7% menjadi 5,8%.


Hide Ads