Dikuasai Taliban, Afghanistan Ternyata Sangat Tergantung Hibah Asing

Dikuasai Taliban, Afghanistan Ternyata Sangat Tergantung Hibah Asing

Aulia Damayanti - detikFinance
Sabtu, 21 Agu 2021 09:58 WIB
Tentara Taliban melakukan patroli di wilayah Kabul, Afghanistan. Mereka menyapa warga sambil bersiaga memegang senjata laras panjang.
Foto: AP Photo
Jakarta -

Taliban yang kembali merebut Afghanistan membuat kondisi negara itu kacau balau. Orang-orang di sana berlarian untuk melarikan diri dari sana, bandara membludak, ancaman kehancuran ekonomi pun seperti di depan mata.

Namun, perlu diketahui Afghanistan tak lebih dari sebuah negara yang bergantung dengan bantuan asing. Mengutip dari situs resmi World Bank atau Bank Dunia, Sabtu (21/8/2021) hibah asing menjadi penopang 75% dari belanja publik Afghanistan.

Sementara itu, pengeluaran untuk keamanan negara sebanyak 28% dari PDB pada 2019, angka itu jauh lebih besar dibandingkan negara lain yang berpenghasilan rendah, hanya 3% dari PDB mereka. Jadi, pengeluaran negara bersumber dari bantuan asing.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Afghanistan sudah memiliki kondisi ekonomi yang sulit pasca Taliban berkuasa 20 tahun silam. Pendapatan di sana didominasi dari pendapatan pertanian sekitar 60%, kemudian 44% merupakan tenaga kerja di bidang pertanian.

Negara itu dikategorikan memiliki lingkungan bisnis yang sulit, menduduki peringkat ke-173 dari 190 negara, berdasarkan laporan dalam Survei Doing Business 2020. Afghanistan juga menjadi sarang bisnis gelap, mulai dari produksi, ekspor, lapangan kerja, dan termasuk produksi opium, penyelundupan, dan penambangan ilegal.

ADVERTISEMENT

Ekonomi Afghanistan sempat mengalami pertumbuhan yang baik pada 2003 hingga 2012. Itupun karena ditopang oleh bala bantuan asing yang didapat pada 2002 setelah Taliban berhasil digulingkan oleh Amerika Serikat (AS).

"Pertumbuhan tahunan ekonomi Afghanistan rata-rata 9,4% antara tahun 2003 dan 2012, didorong oleh booming sektor jasa yang didorong oleh bantuan, dan pertumbuhan pertanian yang kuat," tulis keterangan Bank Dunia.

Namun, ekonomi mulai melambat lagi pada 2015 hingga 2020. Pertumbuhan ekonomi negara itu hanya 2,5%. Hal itu disebabkan oleh aliran bantuan merosot tajam dari sekitar 100% dari PDB pada tahun 2009 menjadi 42,9% dari PDB pada tahun 2020.

Penurunan hibah menyebabkan kontraksi yang berkepanjangan. Hingga situasi kini makin memburuk, dengan bangkitnya Taliban yang mendapatkan kendalinya kembali di Afghanistan.

(hns/hns)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads