Pengusaha Ini Raup Rp 128 T dari Bisnis Toko Online, tapi...

Pengusaha Ini Raup Rp 128 T dari Bisnis Toko Online, tapi...

Aulia Damayanti - detikFinance
Sabtu, 21 Agu 2021 21:30 WIB
Bom Kim Coupang
Foto: Coupang
Jakarta -

Bos raksasa e-commerce Korea Selatan (Korsel) Coupang Inc, Kim Beom-Seok alias Bom Kim meraup US$ 8,9 miliar setara Rp 127,9 triliun (kurs Rp 14.381) dari bisnis toko online tersebut. Tetapi, perusahaan yang dijuluki Amazon-nya Korsel itu justru mengalami berbagai masalah yang memicu kontroversi.

Dikutip dari Bloomberg, Sabtu (21/8/2021) pada 17 Juni lalu, terjadi kebakaran di pusat gudang Coupang yang berada di Incheon hingga menewaskan satu petugas kebakaran. Insiden itu memicu dorongan boikot dari warga Korsel.

Boikot layanan Coupang menyebabkan pengguna harian aplikasi seluler perusahaan turun menjadi sekitar 7,9 juta pada 26 Juni, turun dari sekitar 8,6 juta pada hari kebakaran, menurut data dari perusahaan riset pasar Korea Selatan Mobile Index.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di tengah derasnya boikot dan kritik akan insiden kebakaran itu, Bom Kim diketahui telah mengundurkan diri dari Coupang Corp. Pengunduran diri menyebabkan sejumlah pihak marah dan menilai Kim lalai dan melepas tanggung jawabnya.

Pihak Coupang meluruskan bahwa pengunduran diri Kim dari perusahaan telah diumumkan melalui situs web pemerintah sebelum kebakaran. Tepatnya pada bulan Mei dan waktu pengumuman pada bulan Juni hanya kebetulan.

ADVERTISEMENT

Menanggapi banyak korban yang berjatuhan akibat insiden kebakaran gudang Coupang, di Icheon, pihak perusahaan mengungkap sangat peduli dengan kesejahteraan semua karyawan dan mengambil tanggung jawab untuk melindungi kesehatan dan keselamatan mereka dengan serius.

Akibat kontroversi kebakaran gudang dan cabutnya Bom dari Coupang, perusahaan mengalami kerugian besar. Uang perusahaan dikeluarkan banyak untuk pembiayaan gudang yang terbakar. Kemudian, saham perusahaan terjun bebas 9,3%. Sementara dalam Indeks S&P 500 naik 13% pada periode tersebut.

Kontroversi Coupang tidak berhenti sampai di situ. Serikat pekerja perusahaan itu mengungkap perusahaan memiliki jam kerja yang berlebihan. Hal itu pun menyebabkan sejumlah pekerja meninggal dunia.

Berlanjut ke halaman berikutnya. Langsung klik.

Serikat pekerja Coupang mengatakan sembilan pekerja, termasuk dua subkontraktor, meninggal dunia akibat bekerja di perusahaan tersebut sejak awal tahun lalu. Namun, menurut organisasi itu mengatakan kematian yang telah diakui secara resmi adalah kematian Jang deuk-jun (27).

Dia meninggal karena serangan jantung Oktober lalu setelah kembali dari pekerjaan di pusat pemenuhan Coupang di Daegu. Investigasi oleh Layanan Kompensasi & Kesejahteraan Pekerja Korea mengatakan dia meninggal karena terlalu banyak bekerja setelah bekerja lebih dari 62 jam di minggu kematiannya.

Perusahaan meminta maaf dan menyampaikan belasungkawa dalam pernyataan pers setelah penyelidikan pemerintah. Itu juga berjanji untuk memberikan dukungan untuk keluarga Jang. Tapi ibu Jang, mengatakan berbulan-bulan setelah penyelidikan berakhir, Coupang belum memberikan kompensasi apa pun.

Sebagai informasi, Coupang adalah aplikasi belanja yang paling banyak digunakan di Korea Selatan, dan salah satu perusahaan terbesar di negara itu. Pendapatan hampir dua kali lipat tahun lalu menjadi US$ 12 miliar karena permintaan untuk belanja online melonjak selama pandemi.

Didukung oleh SoftBank Group Corp. milik Masayoshi Son, Coupang mengumpulkan US$ 4,6 miliar dalam IPO-nya, meskipun membukukan kerugian selama bertahun-tahun.


Hide Ads