Dulu.. Brunei Bisa Bikin COVID-19 0 Kasus, Kok Sekarang Naik Lagi?

Dulu.. Brunei Bisa Bikin COVID-19 0 Kasus, Kok Sekarang Naik Lagi?

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Minggu, 22 Agu 2021 06:06 WIB
A stock photo/3D Render of the Brunei flag.
Foto: Getty Images/iStockphoto/LPETTET
Jakarta -

Brunei Darussalam kini kembali bejibaku menghadapi lonjakan virus Corona. Padahal, negara kecil di utara Pulau Kalimantan ini pernah jadi sorotan karena berhasil mencatatkan 0 kasus COVID-19 selama waktu yang cukup lama.

Setidaknya, selama belasan bulan Brunei tidak mencatatkan sama sekali kasus infeksi COVID-19 baru yang terjadi. Namun, di bulan Juli kasus baru terjadi setelah adanya WNI yang tertular virus COVID-19 datang ke Brunei dari Jakarta.

Lonjakan kasus COVID-19 kini terjadi lagi di Brunei Darussalam. Per Kamis 19 Agustus kemarin saja ada 1.136 kasus, dengan tambahan 190 kasus lokal baru dalam sehari.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dilansir dari The Star, Jumat (20/8/2021), Menteri Kesehatan Dato Seri Setia Dr Md Isham Jaafar dalam konferensi pers mengatakan kenaikan tajam tersebut disebabkan hasil pemeriksaan laboratorium yang belum maksimal.

Dia mengatakan 150 kasus merupakan hasil dari 2.280 sampel yang dikirim untuk pengujian ke Singapura. Hanya 40 kasus positif yang terdeteksi oleh Departemen Layanan Laboratorium dalam 24 jam terakhir.

ADVERTISEMENT

Sementara itu, ada 51 kasus yang masih dalam pencarian sumber penularan. Pelacakan untuk semua orang yang berkontak dengan pasien positif sedang berlangsung. Otoritas setempat juga mewajibkan orang yang kontak dekat dengan pasien positif wajib menjalani karantina wajib dan tes PCR.

Bila dilihat datanya, beberapa tempat yang menjadi klaster penyebaran COVID-19 di Brunei adalah perkantoran, pabrik, sekolah, kampus, restoran, hingga mal. Berikut ini rinciannya:

1. 98 kasus pada fasilitas sumur minyak offshore Champions 7
2. 6 kasus pada restoran Gugus KB Chung Hua
3. 5 kasus pada kantor Brunei Shell Petroleum (BSP) Headquarters
4. 5 kasus pada pabrik Aker
5. 5 kasus pada sekolah Al-Falah/Freda-Radin
6. 4 kasus pada kampus KB IBTE
7. 4 kasus pada pusat perbelanjaan The Mall
8. 3 kasus hasil tracing pada pasien 477
9. 2 kasus pada kantor pemerintahan ABCi
10. 1 kasus pada klaster Dragonboat
11. 1 kasus hasil tracing pada pasien 573
12. 5 kasus hasil tracing pada pasien 583

Sempat catatkan 0 kasus COVID-19, bagaimana strategi Brunei? Baca di halaman berikutnya >>

Dalam catatan detikcom, berdasarkan laporan East Asia Forum, seorang peneliti bernama Nadia Azierah Hamdan dan William Case dari University of Nottingham Malaysia menyampaikan analisisnya salam artikel berjudul 'Behind Brunei's COVID-19 Success Story'. Mereka menyebut strategi negeri Sultan Hassanal Bolkiah dalam memerangi pandemi.

Di awal 2020, langkah pencegahan Brunei Darussalam sudah dilakukan ketika corona pertama menyebar secara global dari episentrum saat itu, Wuhan, Hubei, China. Tepatnya pada Januari 2020, saat corona pertama mewabah di dunia, Brunei mengambil langkah tegas untuk melarang pelancong dari Hubei memasuki negara itu.

Pada Februari, pejabat menyaring kedatangan dari semua negara dengan cara melakukan pemeriksaan suhu di titik-titik masuk. Pada 9 Maret, Brunei mendeteksi dan kasus menyebar hingga mencapai 100 dalam waktu 15 hari.

Hal ini dipicu dengan adanya seorang jemaah majelis taklim yang berkunjung ke Malaysia. Setelah itu, Brunei langsung mengambil tindak tegas dengan mengikuti aturan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), melakukan jaga jarak serta isolasi mandiri untuk warga yang terinfeksi virus COVID-19, termasuk menutup sementara tempat-tempat ibadah untuk menekan laju penularan.

Pemerintah Brunei tanggap dengan cepat menyusun rencana de-eskalasi, diperkuat dengan alokasi anggaran khusus sebesar 15 juta dolar Brunei atau sekitar Rp 160 miliar untuk menangani wabah COVID-19.

Di sisi lain, komunikasi pemerintah dengan masyarakat pun dipermudah, otoritas memaksimalkan pemberitaan di media sosial serta televisi yang didukung dengan layanan hotline 24 jam untuk pertanyaan seputar COVID-19.

Bagi mereka yang tak patuh, Brunei juga menerapkan denda dan hukuman penjara. Selain itu, rezim kesultanan dianggap efektif membuat keputusan eksekutif dengan output yang efektif. Sebagai Monarki Islam Melayu, pemerintah Brunei dianggap sensitif terhadap kebutuhan spiritual warga.

Penanganan pandemi pun tak lepas dari dukungan pemerintah dan warga negara. Dalam pemberitaan The Star, antara pemerintah dan warga sama-sama disiplin menerapkan pembatasan mobilitas. Ini juga berlaku untuk larangan berkumpul massa, termasuk pelacakan kontak berbasis teknologi dan karantina.

"Melalui seluruh pendekatan pemerintah dan ditambah dengan kepatuhan warga dan penduduk terhadap peraturan kesehatan dan keselamatan selama pandemi, Brunei telah secara sistematis mencabut pembatasan," tulis media itu.

Sejak Mei 2021, warga Brunei sudah beraktivitas mendekati normal dengan pelonggaran pembatasan pengumpulan massal dan kegiatan majelis pun diperbolehkan.

"Hidup di Brunei sungguh beruntung. Semua tak wajib bermasker, majelis bisa dilakukan," kata Susi, seorang warga negara RI, yang sudah 10 tahun lebih berada di negeri itu.


Hide Ads