Plt Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Surabaya Febrina Kusumawati yang mengatakan untuk membangun sebuah kota adalah hal yang komprehensif. Yaitu, meliputi pengelolaan lingkungannya, infrastrukturnya, perekonomiannya, dan juga kesinambungannya.
Sistem yang terintegrasi itulah yang ia definisikan sebagai membangun 'kota cerdas', sehingga bisa dikelola secara utuh, efektif, efisien, dan berkelanjutan.
"Yang dinamakan smart itu adalah bahwa layanan-layanan masyarakat itu menjadi bisa meningkatkan kualitas hidup dari warga masyarakat," jelas dia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi Kota Semarang, Bambang Pramusinto menjelaskan, konsep pengembangan smart and sustainable city di Kota Semarang tidak semata-mata hanya terkait pada pengembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Melainkan juga pada pengembangan non TIK.
"Smart City lebih kami pahami sebagai bentuk inovasi yang perlu dikembangkan baik terkait TIK maupun non-TIK, yang ending-nya adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat," kata Bambang.
Kemudian terkait masalah sustainability, pemanfaatan teknologi dalam smart city sebaiknya tidak mengganggu kelestarian bumi. Hal itu dikemukakan oleh Senior Engineer 3M Amos Wong.
Menurutnya, ketika membicarakan smart city, pemerintah daerah sebaiknya tidak hanya cerdas dalam menggunakan teknologi untuk kesejahteraan masyarakatnya, tapi juga cerdas memikirkan efek jangka panjangnya terhadap bumi.
Terkait itu 3M berupaya ikut memastikan agar penggunaan teknologi dalam pengelolaan smart city bisa dilakukan tanpa menggunakan energi secara berlebihan. Sehingga, dapat membantu mengurangi dampak buruk penggunaan energi, agar umur bumi bisa lebih panjang.
(kil/ara)