Selama pandemi, dia mengatakan hanya menerima pesanan dari daerah, dari Aceh sampai Manado. Menurutnya, masih banyak pedagang eceran di daerah yang membeli seragam di tokonya. Kadang-kadang pun dia mendapatkan orderan seragam lainnya, bukan hanya untuk seragam sekolah saja.
"Ya Alhamdulillah saya suka dapat order lain. Seragam lab juga pernah, lumayan nambah-nambah," ujar Rusli.
Rusli mengaku dirinya pun sampai harus menutup toko-tokonya karena penjualan seragam tak bisa diharapkan. Dia mengaku tadinya di Tanah Abang saja dia memiliki 3 toko, 2 lainnya terpaksa ditutup selama masa pandemi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Cabang kita pada tutup. Ini kan tadinya saya ada 3 toko awalnya. Sekarang ya sini aja pusatnya, saya tutup yang lainnya," cerita Rusli.
Nasrul, pedagang seragam lainnya juga merasakan nelangsa karena pandemi. Omzet tokonya juga anjlok, meski tak mau mengungkapkan angka pastinya, Nasrul mengatakan dari awalnya omzet ratusan juta kini cuma di kisaran puluhan juta.
"Ya turun lah, jauh. Dari ratusan jadi cuma puluhan (juta)," ujar Nasrul ketika ditemui detikcom di tokonya.
Bersambung ke halaman selanjutnya.