Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, mendorong lahan hutan sagu menjadi kawasan agrowisata di Sorong, Papua Barat. Menurutnya, hal itu untuk mewujudkan pertanian yang maju menuju kedaulatan pangan di Papua Barat.
Selain itu, ia mengharapkan hilirisasi dilakukan oleh para stakeholder pertanian dengan bekerja sama untuk mendapatkan nilai tambah bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.
"Ini integrated farm. Tolong Muspida (Musyawarah Pimpinan Daerah) koordinasi bantu bupati untuk kerubutin. Kita buat industrinya. Tidak hanya sagu saja, tidak hanya Melki (petani) membuat sagu saja, tapi sekitarnya ada peternakan. Di sana ada buah horti, kemudian tanaman pangan, dan lainnya. Jadi ada integrated farm dan modern. Semua yang dimiliki rakyat," kata Syahrul dalam keterangan tertulis, Jumat (3/9/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menegaskan, Papua Barat merupakan wilayah penghasil sagu terbesar. Oleh karena itu, ia berharap pertanian yang diusahakan secara bersama dapat dipoles dengan sentuhan teknologi melalui pelatihan.
"Di sini sagunya oke, dan pertanian engga bisa sendiri sendiri, harus ramai ramai. Agrowisata. Satu kali turun, semua kena. Jadi jangan cuma sagu, harus ada bimtek, istri-istri harus bimtek, anak muda harus kursus. Kursus harus ada hasilnya, seperti sagu harus jadi mi. Kemudian ada perlakuan teknologi, biar tampilan (pati) menjadi putih bersih," ungkapnya.
Lebih lanjut, ia menyebutkan beberapa syarat yang dapat menunjang pertanian di Sorong sehingga lebih baik. Mulai dari tunjangan infrastruktur alam, sumber daya manusia, dan modal yang dibutuhkan seperti penerapan kredit usaha bagi rakyat pertanian.
"Syarat pertanian yang bagus itu yang pertama lahannya oke, kemudian yang kedua airnya bagus, yang ketiga rakyatnya mau bersama pemerintah. Jangan rakyat saja, pemerintahnya nggak. Atau pemerintahnya saja, rakyatnya engga. Kemudian seterusnya membutuhkan pelatihan, lalu butuh modal. Pak Jokowi sudah memberikan KUR," kata dia.
Sementara itu Bupati Sorong, Johny Kamuru, yang hadir dalam kunjungan kerja Syahrul menyampaikan kesediaannya atas saran untuk dilakukan pengembangan agrowisata di daerahnya.
"Pak Menteri, kami sangat bersedia untuk pengembangan-pengembangan komoditi pertanian untuk memajukan Sorong. Bukan hanya bantuan dari gubernur, namun kami berharap ada bantuan bantuan langsung untuk pengembangan Sorong dari kementerian melalui dinas pertanian" katanya.
Pada kegiatan kunjungan kerja di Distrik Aimas, kelurahan Malawi, kabupaten Sorong tersebut, Syahrul berkesempatan meninjau lahan dan rumah pengolahan sagu sederhana milik petani Melkianos Malagam, yang mengelola kurang lebih tiga hektar lahan sagu.
Diketahui, data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, Indonesia telah mengekspor sagu pada 2020 sebesar 13 ribu ton atau senilai Rp 40 miliar. Kemudian selama kurun waktu 2020 hingga semester 1 2021, volume ekspor sagu meningkat 5,1%.
Sementara itu, areal sagu nasional saat ini mencapai 196.831 hektar dengan 99,65% areal berupa perkebunan rakyat. Papua dan Papua Barat merupakan sentra terbesar sagu nasional yang berkontribusi sebesar 29,2% dari areal sagu nasional.
(ega/hns)