Maskapai penerbangan asal Filipina, Philippine Airlines Inc mengajukan kebangkrutan di New York. Hal ini karena perusahaan tidak mampu menahan tekanan pandemi yang terjadi hampir dua tahun.
Mengutip Bloomberg, disebutkan perusahaan berupaya untuk memangkas pinjaman sebesar US$ 2 miliar melalui restrukturisasi.
Kondisi ini membuat maskapai harus mengurangi jumlah armada hingga 25%. Dalam Bab 11 ini Philippine Airlines akan mendapatkan US$ 505 juta dari ekuitas dan pembiayaan utang dari pemegang saham pengendali dan US$ 150 juta pembiayaan dari investor baru.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Restrukturisasi ini dipilih karena pandemi benar-benar mengganggu bisnis perusahaan.
Dikutip dari Forbes, pemilik Philippine Airlines Lucio Tan berupaya untuk menjaga kelangsungan bisnis selama proses restrukturisasi sambil memenuhi kewajiban keuangan kepada karyawan, pelanggan, pemerintah, lessor sampai kreditor.
"Kami ucapkan terima kasih kepada mitra, pemberi utang terkait dukungan rencana tersebut. Pandemi ini memang mengganggu bisnis di semua sektor terutama penerbangan," kata dia, dikutip Sabtu (4/9/2021).
Sebelumnya pengajuan kebangkrutan ini ditargetkan akan dilakukan pada 2026-2030. Hal ini demi efisiensi perusahaan.
Tapi pandemi COVID-19 yang mempengaruhi semua lini bisnis termasuk penerbangan benar-benar menghancurkan bisnis maskapai.
The International Air Transport Association memprediksi jika maskapai penerbangan tahun ini kehilangan potensi pendapatan hingga US$ 48 miliar.
Tahun lalu Philippine Airlines mengalami rugi bersih hingga 73 miliar peso. Kondisi keuangan terus memburuk.
Saat ini maskapai penerbangan hanya mengoperasikan 21% armada. Presiden Direktur Philippine Airlines Gilbert Santa Maria menyebut volume perjalanan udara turun sekitar 30 juta penumpang menjadi 7 juta.