Budidaya Kepiting menjadi salah satu cara untuk mendorong perekonomian masyarakat. Misalnya seperti yang dilakukan Server Mang Budi, Konservasi dan Diversifikasi Mangrove serta Budidaya Kepiting yang memberdayakan masyarakat berbasis konservasi mangrove di sekitar perusahaan.
Program yang diinisiasi sejak 2017 ini berfokus pada pembibitan, penanaman, dan perawatan mangrove secara berkala. Direktur Utama Pupuk Kalimantan Timur (PKT) Rahmad Pribadi, mengungkapkan Server Mang Budi dikelola kelompok Telok Bangko binaan PKT di Kelurahan Loktuan Bontang Utara, yang dibekali berbagai pelatihan dan pendampingan untuk memaksimalkan peluang ekonomi, sekaligus memperluas penerima manfaat dengan pengembangan area budidaya mangrove menjadi kawasan wisata berbasis konservasi.
Program ini merupakan wujud kesinambungan komitmen PKT untuk memperluas konservasi mangrove yang telah berjalan selama 12 tahun, sejak diinisiasi pada 2009. Sejauh ini PKT telah menanam lebih dari 310.000 bibit mangrove di dua lokasi, yakni perairan Kedindingan Kota Bontang yang mencapai 152.000 bibit, dilanjutkan di area HGB 65 Kelurahan Loktuan yang dikelola Kelompok Telok Bangko mulai 2018.
"Kelompok binaan terdiri dari masyarakat di sekitar Perusahaan yang tidak memiliki pekerjaan, dengan jumlah anggota saat ini 16 orang. Mereka dibekali pengetahuan untuk pengelolaan mangrove, hingga mampu menanam sekitar 25-40 ribu bibit setiap tahun," terang dia.
Untuk memaksimalkan program, PKT melakukan peningkatan kapasitas serta kemampuan anggota kelompok Telok Bangko secara berkesinambungan, sehingga sasaran pemberdayaan memberi dampak yang lebih signifikan terhadap taraf hidup dan perekonomian anggota.
Peningkatan kapasitas kelompok Telok Bangko berupa pelatihan pembibitan mangrove mulai dasar, seperti proses pencarian bibit mangrove, pembuatan media, pembibitan dalam polybag, perawatan bibit, hingga penanaman di area yang ditentukan. Jenis mangrove yang ditanam meliputi Rhizopora Apiculata, Rhizopora Mucronata, Ceriops Tagal, Bruguiera Gymnorrhiza, Bruguiera Sexangula, Ceriops Tagal dan Avicennia Marina.
Anggota kelompok binaan juga dibekali kemampuan penghitungan Harga Pokok Produksi (HPP) mangrove, serta pendampingan pembibitan hingga diversifikasi produk. Bahkan sejak 2020, kelompok ini telah mampu melayani permintaan bibit mangrove dari berbagai pihak, baik lingkup perusahaan hingga Pemerintah. "Tingginya permintaan bibit mangrove menjadi peluang ekonomi baru bagi kelompok Telok Bangko untuk meningkatkan pendapatan secara ekonomi," lanjut Rahmad.
(kil/eds)