Kisah Kelam 9/11 dan Bagi-bagi Duit AS ke Afghanistan

Kisah Kelam 9/11 dan Bagi-bagi Duit AS ke Afghanistan

Aulia Damayanti - detikFinance
Minggu, 12 Sep 2021 06:35 WIB
Gedung World Trade Center (WTC) runtuh imbas tragedi 9/11. Gedung ini mulai dibangun pada 1966 dan selesai pada 1973.
Foto: Getty Images
Jakarta -

Amerika Serikat pernah diguncang serangan teror, pada 11 September 2001. Serangan itu terjadi karena pesawat milik maskapai AS dibajak dan adanya serangan bunuh diri. Serangan itupun berdampak buruk pada ekonomi AS.

Tragedi 9/11 terjadi saat gedung World Trade Centre (WTC) di New York City dan Pentagon di Washington DC ditabrak oleh dua pesawat yang dibajak. Gedung WTC kemudian ambruk dan insiden itupun menewaskan hampir 3.000 orang.

Dikutip dari Investopedia, Sabtu (11/9/2021), semua sektor ekonomi hingga bisnis terdampak setelah insiden itu. Pasar saham AS anjlok hingga 10%, bahkan perusahaan maskapai banyak yang menyatakan kebangkrutan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

WTC di New York City adalah kantor bagi banyak perusahaan perdagangan, pialang, dan keuangan lainnya, termasuk NYSE dan Nasdaq. Karena insiden teror itu, kedua perusahaan menutup perdagangan pasar hingga 17 September. Penutupan itu menjadi yang terlama sejak 1933.

Pada hari pertama perdagangan NYSE setelah 9/11, saham turun 684 poin atau anjlok 7,1%. Penurunan itu menjadi rekor kerugian terbesar dalam sejarah di satu hari perdagangan perusahaan.

ADVERTISEMENT

Dow Jones turun hampir 1.370 poin, mewakili kerugian lebih dari 14%.3, Indeks Standard and Poor's (S&P) merosot 11,6%. Diperkirakan US$ 1,4 triliun lenyap dalam lima hari perdagangan kala itu.

Anjloknya pasar saham, investor rama-ramai menjual semua sahamnya. Makapai penerbangan terpukul karena volume penumpang stagnan hingga sejumlah perusahaan menyatakan bangkrut.

Industri asuransi AS juga terpukul karena akibat insiden teror tersebut, perusahaan banyak mendapat tagihan klaim asuransi hingga US$ 40 miliar. Adanya klaim asuransi itu sebab Undang-Undang Asuransi Risiko Terorisme yang sudah disahkan.

Sektor usaha kecil, terutama perusahaan di sekitar WTC rugi besar. Hampir 18.000 usaha kecil ditutup atau berhenti karena kantornya hancur.

Balas Dendam AS

Dalam rangka membalas dendam atas tragedi 9/11, AS menduga kelompok Al Qaeda yang membajak dua pesawat AS dan sengaja menabrakannya ke Gedung WTC dan Pentagon di Washington.

Ajang balas dendam itu melibatkan Afghanistan. Kala itu Afghanistan yang dikuasai Taliban disetir oleh AS untuk menggulingkan Taliban yang dianggap melindungi kelompok Al Qaeda.

Dikutip dari CNBC, pada awalnya, ajang balas dendam AS kepada Al Qaeda dilakukan sendiri. Namun, muncul ide untuk melibatkan masyarakat Afghanistan yang kala itu dikuasai Taliban. AS membentuk pasukan militer dan juga membantu Afghanistan menggulingkan Taliban.

Afghanistan dipandang sebagai bagian penting dari strategi AS secara keseluruhan. Memanfaatkan Afghanistan tidak dengan tangan kosong, AS menyuntikkan uang ke ekonomi Afghanistan, hingga memberi pelatihan ke pekerja.

"Mempekerjakan warga negara lokal menyuntikkan uang ke dalam ekonomi lokal, memberikan pelatihan kerja, membangun dukungan di antara warga lokal, dan dapat memberi AS pemahaman yang lebih canggih tentang lanskap lokal," tulis penulis laporan kongres 2011 tentang kontrak militer.

Uang yang dihabiskan AS sebanyak US$ 290 juta per hari setara Rp 4,1 triliun (kurs Rp 14.254) selama 7.300 hari. Itu adalah jumlah uang yang dihabiskan AS untuk perang 20 tahun dan pembangunan di Afghanistan, menurut proyek Costs of War dari Brown University.

Dengan suntikan sebanyak, warga Afghanistan yang bekerja dengan AS tiba-tiba jadi jutawan atau disebut '9/11 jutawan'. Mereka bekerja dengan AS, mulai sebagai penerjemah untuk tentara AS hingga jadi asisten tentara dalam misi peperangan selama beberapa tahun.

Namun, ternyata saat dana diberikan dari AS ke Afghanistan. Menurut analisis Pentagon, 40% dari US$ 108 miliar yang dibayarkan Departemen Pertahanan AS kepada kontraktor di Afghanistan antara 2010 dan 2012 berakhir di tangan Taliban.

Dana itu digunakan untuk penyelundup narkoba transnasional, bahkan diambil oleh petinggi-petinggi Afghanistan, artinya jadi ladang korupsi massal.


Hide Ads