Pedagang Pasar Terjerat Rentenir Gara-gara Sulit Akses Kredit Bank

Pedagang Pasar Terjerat Rentenir Gara-gara Sulit Akses Kredit Bank

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Selasa, 14 Sep 2021 19:00 WIB
Suasana di Pasar Tanah Abang nampak sepi. Sejumlah kios masih tutup dan baru beberapa yang kembali berjualan. Hal itu dikarenakan sejumlah pedagang masih mudik.
Pedagang Pasar Terjerat Rentenir Gara-gara Sulit Akses Kredit Bank
Jakarta -

Persyaratan yang ketat oleh bank membuat para pedagang pasar kesulitan mendapat akses pembiayaan. Alhasil, para pedagang pedagang pun lari ke rentenir. Ketua Asosiasi Pengelola Pasar Indonesia (Asparindo) Joko Setiyanto mengatakan, sedikit dari pedagang pasar yang bisa mengakses kredit ke bank.

"Jadi untuk pembiayaan pedagang itu kalau boleh walaupun di luar ini ya, itu perbankan terlalu rigid. Perbankan terlalu rigid untuk syarat-syarat di pedagang-pedagang. Sehingga kalau untuk kredit dari 1.000 pedagang, bisa 100 aja sudah hebat," katanya dalam rapat dengar pendapat umum (RDPU) dengan Komisi VI, Selasa (14/9/2021).

Dia mengatakan, selama ini pedagang meminjam uang ke rentenir dengan bunga tinggi. Meski demikian, para pedagang itu tidak pernah menunggak.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Karena bapak ibu semua anggota dewan terhormat, mungkin dengar ya, pinjaman-pinjaman di pasar yang tanpa agunan, orang bilang rentenir ya, itu bunganya mengerikan sekali, sampai hariannya aja, sampai ada 5% per hari. Dan mereka tidak ada yang menunggak," tambahnya.

"Tapi kalau ditanya, nggak ada yang tanya NPWP, jurnalnya, pembukuannya gimana, cuma dikasih aja," tambahnya.

ADVERTISEMENT

Tarif listrik bebani para pedagang. Klik halaman berikutnya.

Joko mengatakan, pedagang pasar sangat terdampak pandemi COVID-19. Hal tampak dari banyaknya kios yang tutup. Joko juga menyebut minimnya bantuan yang diberikan kepada pedagang pasar.

"Listrik itu tarif aja tidak turun sama sekali, jadi ini penting sekali, karena komponen terbesar pak," katanya.

Dia menyebut, untuk Pasar Mayestik, Jakarta Selatan saja, sekitar 30% kios sudah ditinggal pedagang. "Kita di pasar-pasar pak ya, nggak usah di daerah, di Jakarta, di Mayestik yang tutup berapa pak, berapa kios? 30%-an. Apalagi di daerah," ujarnya.

Lanjutnya, saat ini yang masih hidup ialah pasar basah. Sementara, untuk pasar yang menjual seperti garmen dan elektronik kondisinya mengkhawatirkan.

"Rata-rata yang hidup itu yang di basah, jadi untuk sayur, buah, sama untuk sembako ya. Tapi untuk elektronik, kan pasar kan banyak ya, garmen lupakan pak," katanya.


Hide Ads