Raksasa rokok Philip Morris International telah mengambil alih sebagian besar saham perusahaan pembuat inhaler Inggris Vectura. Meski begitu, pihaknya sempat menerima keberatan dari badan amal perawatan kesehatan.
Dikutip dari CNN, Jumat (17/9/2021), produsen rokok Marlboro dan Parliament mengatakan dalam sebuah pernyataannya pada hari Kamis kemarin bahwa mereka telah mengamankan hampir 75% saham Vectura, menjadikannya pemegang saham mayoritas.
Lebih dari 45% pemegang saham Vectura menerima tawaran pengambilalihan, dan Philip Morris internasional membeli 29% saham perusahaan di pasar terbuka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami telah mencapai tonggak penting dalam akuisisi Vectura. Kami sangat senang dengan peran penting yang akan dimainkan Vectura dalam strategi Beyond Nicotine kami," kata Jacek Olczak, CEO Philip Morris International (PM).
Pengambilalihan tersebut meningkatkan upaya perusahaan tembakau untuk menghasilkan lebih dari setengah pendapatan bersihnya dari produk bebas asap rokok seperti rokok elektrik dan obat pernapasan dalam 4 tahun, naik dari sekitar seperempat hari ini. PMI saat ini menjual rokok di lebih dari 175 pasar.
Vectura sendiri telah memproduksi 13 obat inhalasi untuk perusahaan seperti Novartis (NVS) dan GlaxoSmithKline (GLAXF) untuk mengobati kondisi paru-paru termasuk asma.
Kritikus mengatakan, mereka akan terus melawan pengambilalihan 1 miliar pound sterling (US$ 1,4 miliar) atau sekitar Rp 19 triliun. Pada hari Kamis, 35 badan amal, pakar kesehatan masyarakat dan dokter mengirim surat kepada Menteri Kesehatan Inggris Jo Churchill meminta agar pemerintah untuk campur tangan.
"Kami pikir jelas bahwa kesepakatan ini bukan untuk kepentingan publik dan itu menciptakan insentif buruk bagi [Philip Morris International] untuk meningkatkan bahaya melalui merokok sehingga mereka kemudian dapat mengambil untung lagi melalui pengobatan penyakit terkait merokok," penandatangan termasuk British Lung Foundation dan Cancer Research UK menulis dalam surat itu.