Tanggal 24 September yang jatuh pada hari ini diperingati sebagai Hari Tani Nasional. Peringatan ini sebagai dasar untuk memuliakan petani Indonesia.
Tak tepat rasanya jika memperingati Hari Tani Nasional tanpa mengaitkannya dengan jerih payah petani dalam membangun pertanian Indonesia. Jika dilihat dari jumlahnya, petani Indonesia terus berkurang.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), dikutip Jumat (24/9/2021), jumlah rumah tangga pertanian secara keseluruhan menurun dari 31,2 juta pada 2003 menjadi 27,7 juta pada 2018.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Secara keseluruhan berdasarkan lapangan pekerjaan utama, ada penurunan pekerja di bidang pertanian, kehutanan dan perikanan di mana Agustus 2019 penduduk yang bekerja pada tiga bidang itu sebanyak 34,58 juta orang (27,33% dari seluruh lapangan pekerjaan utama). Angka itu turun 1,12 juta atau 1,46% dibandingkan Agustus 2018 yang tercatat 35,70 juta orang.
Khusus terkait pangan, BPS menunjukkan bahwa jumlah petani padi turun dari 14,1 juta rumah tangga pada 2013 menjadi 13,2 juta rumah tangga pada 2018.
Hal itu seiring dengan penurunan nilai tukar petani (NTP) yang menjadi salah satu tolak ukur tingkat kesejahteraan petani. Jika mengambil tahun dasar 2012, nilainya sepanjang 2014 -2019 tidak mengalami peningkatan yang berarti: 102,3 (2014); 101,60 (2015); 101,65 (2016); 101,28 (2017); 102,46 (2018) dan 103,2 (2019).
Di sisi lain pada catatan detikcom 14 Agustus 2021, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengklaim tingkat kesejahteraan petani saat ini semakin baik karena NTP yang terus naik.
"Saya mendapatkan angka, jadi nilai tukar petani kita terus membaik. Pada Juni 2020 nilai tukar petani berada di angka 99,60, secara konsisten meningkat hingga Desember 2020 mencapai 103,25, dan Juni 2021 mencapai 103,59," katanya dikutip dari saluran YouTube Sekretariat Presiden, Sabtu (14/8/2021).
Menurutnya itu menjadi kabar baik yang bisa memacu semangat petani agar tetap produktif di masa pandemi COVID-19. Peningkatan ekspor komoditas pertanian dijelaskannya turut berdampak pada peningkatan kesejahteraan petani.
Jokowi menuturkan bahwa sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mampu bertahan dari hantaman pandemi COVID-19, tercermin dari kinerja ekspor.
"Ekspor pertanian di tahun 2020 seperti tadi yang disampaikan oleh Menteri Pertanian mencapai Rp 451,8 triliun, naik 15,79% dibandingkan tahun 2019 yang angkanya Rp 390,16 triliun," sebutnya.
Bahkan pada semester I-2021 atau dari Januari sampai Juni 2021 tercatat ekspor mencapai Rp 282,86 triliun, naik 14,05% dibandingkan periode yang sama tahun 2020 sebesar Rp 202,05 triliun.
(aid/fdl)