Mau Dapat Omzet Puluhan Juta dari Gemukin Sapi? Ini Rahasianya

Mau Dapat Omzet Puluhan Juta dari Gemukin Sapi? Ini Rahasianya

Yudistira Perdana Imandiar - detikFinance
Rabu, 29 Sep 2021 14:06 WIB
sinergiultramikro-bri
Foto: detikcom/Agung Pambudhy
Lampung Tengah -

Selain pemotongan dan pemerahan, ternyata ada juga lho usaha ternak penggemukan sapi. Dalam kegiatan penggemukan, sapi yang tadinya berukuran kecil sampai sedang dibuat jadi bongsor dalam waktu cepat, tapi menggunakan cara yang benar tanpa menyakiti sapi.

Muslimin, warga Kecamatan Gunung Sugih, Lampung Tengah sudah 3 tahun membuka usaha penggemukan sapi. Di kandang miliknya, ada lebih dari 40 sapi yang digemukkan.

Muslimin menjelaskan, sapi diberikan makanan khusus bukan hanya daun-daunan. Sapi yang digemukkan di tempat Muslimin diberi pakan konsentrat yang terbuat dari campuran kulit kopi, bungkil kopra, dan bungkil sawit lalu digabungkan dengan batang jagung dan ampas singkong yang biasa disebut onggok.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sapi diberikan makan dua kali dalam sehari, yakni pagi dan sore hari. Porsi makan sapi-sapi yang sedang digemukkan ini cukup besar, yakni sekitar 10 kg setiap ekor sapi dalam sekali makan.

"Kita pakai konsentrat kering itu sekitar 4 kilogram, sisanya pakai bahan basah kayak tebon (batang) jagung dan onggok itu sekitar 7-8 kilogram supaya dia (sapi) kenyang," jelas Muslimin kepada detikcom beberapa waktu lalu.

ADVERTISEMENT

Selain itu, sapi juga diberikan suplemen khusus. Tujuannya agar lebih nafsu makan dan lebih cepat gemuk.

Muslimin menambahkan sapi-sapi di tempatnya rutin ditimbang sebulan sekali. Jika ada sapi yang beratnya tidak sesuai standar, maka akan diberikan pengobatan.

"Ditimbang itu supaya ketahuan, kalau ada yang beratnya kurang kita obtain apa pakai obat cacing. Karena kan sapi ini cacingan juga," ulas Muslimin.

sinergiultramikro-briMau Dapat Omzet Puluhan Juta dari Gemukin Sapi? Ini Rahasianya Foto: detikcom/Agung Pambudhy

Biasanya, Muslimin menggemukkan sapi selama 3-4 bulan. Dalam kurun waktu tersebut, bobot sapi bisa bertambah sampai dengan 150 kilogram. Setelah mencapai bobot 350-400 kilogram, barulah sapi akan dijual.

Muslimin mengatakan bisa saja sapi dibuat lebih besar lagi, mencapai 600 kilogram bahkan 1 ton. Namun, butuh waktu semakin lama dan modal besar, sehingga ia memilih menjual sapi di bobot 400an kilogram agar putaran uang lebih cepat.

Menurut pengalaman Muslimin, salah satu tantangan terberat dari usaha penggemukan adalah kondisi kesehatan sapi. Ia menuturkan sapi bisa terkena penyakit kronis seperti radang paru-paru atau pneumonia.

"Sapi itu bisa kena pneumo (pneumonia, red). Ciri-cirinya itu badannya kurus, nggak nafsu makan. Lalu bulunya itu berdiri seperti merinding. Kalau sudah kelihatan begitu ya mau nggak mau dipotong," urai Muslimin.

Muslimin mematok harga sapi berdasarkan bobotnya. Untuk sapi betina, saat ini per kilogram dihargai Rp 44-45 ribu, sedangkan jantan harganya Rp 47 ribu. Sebagai contoh, untuk sapi jantan berbobot 400 kilogram, harganya berarti Rp 47 ribu dikali 400 setara Rp 18,8 juta.

Muslimin menguraikan dalam sebulan setidaknya ada 5 ekor sapi yang terjual dengan kisaran harga Rp 17-18 juta. Omzet yang ia peroleh per bulan sekitar Rp 80-90 juta.

Sebagai informasi, detikcom bersama BRI mengadakan program Sinergi Ultra Mikro di Bandar Lampung dan Semarang untuk memantau upaya peningkatan inklusi finansial masyarakat melalui sinergi BRI, Pegadaian, dan PNM dalam Holding Ultra Mikro. Holding Ultra Mikro berupaya mendukung pertumbuhan ekonomi yang kuat dan berkelanjutan untuk peningkatan UMKM di Tanah Air. Untuk informasi lebih lengkap, ikuti beritanya di https://sinergiultramikro.detik.com/.

(akn/hns)

Hide Ads