Perusahaan finansial dan investasi global, JPMorgan Chase & Co mulai bersiap untuk menghadapi kemungkinan pemerintah AS gagal membayar utang (default) dan shutdown.
CEO JPMorgan Chase Jamie Dimon mengatakan, bank terbesar Amerika tengah mempersiapkan potensi default meskipun ia mengharapkan Kongres untuk menghindari potensi bencana ekonomi dengan menaikkan batas utang (debt ceiling).
Dikutip dari CNN, Kamis (30/9/2021) dalam sebuah wawancara dengan Reuters, Dimon mengatakan JPMorgan telah memiliki skenario jika default berpengaruh pasar keuangan, rasio modal, kontrak klien dan kredit Amerika.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Setiap kali ini muncul, itu akan diperbaiki, tetapi kita seharusnya tidak pernah sedekat ini," kata Dimon kepada Reuters.
"Saya hanya berpikir semua ini salah dan suatu hari kita harus memiliki RUU bipartisan dan menyingkirkan batas utang. Ini semua politik," sambungnya.
Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan, kepada anggota parlemen bahwa pemerintah federal akan kehabisan uang tunai pada 18 Oktober. Artinya potensi default semakin tinggi jika Kongres tidak menaikkan batas utang sebelum itu.
Dimon mengatakan, saat ini JPMorgan sedang menyisir kontrak klien untuk mempersiapkan potensi default.
"Jika saya ingat dengan benar, terakhir kali kami bersiap untuk ini, kami menghabiskan US$ 100 juta," katanya.
Jika dikonversikan, US$ 100 juta sekitar Rp 1,4 triliun (kurs dolar Rp 14.309). JPMorgan (JPM) menolak berkomentar lebih lanjut. Sepanjang sidang awal tahun ini, Dimon mengatakan bahwa selama debat plafon utang sebelumnya bank menghabiskan waktu dan uang untuk menyelidiki apa arti default AS.
"Dan saya tidak ingin memoles itu," katanya kepada anggota parlemen.
Lihat juga video 'Ribut Hak Penangkapan Ikan, Prancis Siapkan 'Pembalasan' ke Inggris':