Pada awal September 2021 lalu, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi melakukan negosiasi kepada pemerintah Jepang terkait biaya kontraktor dalam proyek MRT Fase 2 Jakarta. Harga penawaran kontraktor Jepang dinilai terlalu tinggi sehingga membutuhkan penyesuaian agar pembangunan fisik dapat dilakukan.
"Kami sudah menyampaikan pesan bahwa harga sesuai dengan kualifikasi harus diikuti, jadi yang sudah kami sampaikan kepada semua pejabat (Jepang) dan semua pejabat akan memberikan nasihat agar mereka (kontraktor Jepang) mengikuti apa yang sudah sesuai dengan ketentuan dari Indonesia," kata Budi dalam konferensi pers virtual, Selasa (7/9/2021).
Direktur Utama PT MRT Jakarta (Persero) William Sabandar mengatakan, terkait kelanjutan kabar pembangunan MRT fase 2 dalam hal ini paket CP 202 dan 205 A masih dalam proses evaluasi. Keputusan akhir dari hasil negosiasi dengan Jepang akan diumumkan bulan Oktober 2021.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami akan memberikan informasi lebih detail setelah pengumuman. Finalnya akan kita umumkan pekan depan," kata William dalam konferensi pers daring, Kamis (30/9/2021).
Dari bahan paparan William, pihaknya sudah menyelesaikan proses pelaksanaan tender yaitu dari November-Desember 2020, kemudian pada 26 Januari 2021 pelaksanaan tender dan penyampaian request for proposal dan periode Januari-Maret 2021 dilakukan masa klarifikasi dan amandemen dokumen kontrak.
Pada 26 Maret 2021 pengumpulan primary proposal dan sampai Mei 2021 pelaksanaan diskusi kontrak tahap I (pembahasan kriteria teknis). Pengumpulan non-binding proposal secara bertahap dilakukan pada 15 Juni 2021 hingga Agustus 2021, mereka masih melakukan pelaksanaan diskusi kontrak tahap II (pembahasan kriteria teknis dan kontraktual).
Dia menjelaskan, pada dasarnya penetapan harga dilakukan oleh MRT (owner estimate). Namun dalam pelaksanaannya, kontraktor Jepang menetapkan harga yang lebih mahal dari yang sudah ditetapkan panitia.
Progres proyek CP 202 sekarang sudah terbangun jalur MRT dari Harmoni-Mangga Besar, sementara CP 205A sudah pekerjaan sistem dan track work dari Bundaran HI-Mangga Besar.
"Proses tender sebelumnya gagal dua kali, pengumpulan proposalnya sudah berjalan, kunjungan Menhub ke Jepang untuk memfasilitasi karena penawaran kontraktor yang sangat tinggi oleh sebab itu kita mencoba melakukan pendekatan ke Jepang," jelasnya.
Saat ini, yang masih belum selesai dan sedang berlangsung yaitu pengumpulan final proposal dengan penawaran harga yang baru. Pada Oktober 2021 ditargetkan proses untuk signing contract (tanda tangan kontrak) dan pekerjaan konstruksi dimulai.
"Minggu ini sedang kita evaluasi kita belum bisa umumkan harga. Kita berharap semua bisa tercapai dan ketentuan MRT Jakarta, bulan Oktober ini ditargetkan melakukan contract signing dan pekerjaan konstruksi 202 dan 205 A," pungkasnya.
(zlf/zlf)