PPKM Level 3 DKI Jakarta Deflasi, Daya Beli Masih Lesu?

PPKM Level 3 DKI Jakarta Deflasi, Daya Beli Masih Lesu?

Tiara Aliya Azzahra - detikFinance
Jumat, 01 Okt 2021 21:15 WIB
Pembeli berbelanja kebutuhan pokok di salah satu pasar ritel modern di Tangerang Selatan, Kamis (11/2/2021). Dalam Survei Pemantauan Harga (SPH) pekan pertama, Bank Indonesia (BI) memperkirakan inflasi Februari 2021 sebesar 0,01% secara bulanan (month-to-month/MtM). Dengan perkembangan tersebut, perkiraan secara tahun kalender sebesar 0,25% dan secara tahunan (year-on-year/YoY) 1,26%. Para analis menyatakan trend inflasi yang melambat di bulan Februari tersebut mendorong ancaman deflasi atau daya beli rendah.
Ilustrasi/Foto: Ari Saputra
Jakarta -

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat DKI Jakarta mengalami deflasi sebesar 0,06 persen selama pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 3. Padahal, pada Agustus 2021 lalu DKI sempat inflasi 0,08 persen.

"Harga agregat barang dan jasa di Jakarta mengalami penurunan sebesar 0,06 persen pada bulan September," kata Kepala BPS perwakilan DKI Jakarta Buyung Airlangga dalam keterangan tertulis Jumat (1/10/2021).

Buyung menuturkan, tiga komoditas penyumbang utama deflasi di DKI Jakarta yaitu telur ayam ras sebesar 0,06 persen, emas dan perhiasan turun 0,02 persen dan daging ayam ras sebesar 0,03 persen.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi ketiga komoditi ini penyumbang terjadinya deflasi bulan September cukup besar," jelasnya.

Kondisi deflasi, sebutnya, terjadi di kota-kota Bodetabek yang mengelilingi DKI Jakarta. Di antaranya yaitu Bekasi sebesar 0,12 persen, Depok sebesar 0,07, Bogor sebesar 0,1 dan Tangerang 0,07 persen.

ADVERTISEMENT

"Perkembangan harga di Jakarta dan kota-kota yang mengelilingi Jakarta relatif sama dinamikanya," ujarnya.

Jika merujuk pergerakan harga secara agregat year to date sejak Januari-September 2021, DKI Jakarta mengalami inflasi 0,59 persen. Sedangkan, dibandingkan pada September 2020 lalu, mengalami inflasi sebesar 1,05 persen.

"Year to date dari Januari sampai September 2021 sebesar 0,59 persen, artinya selama 9 bulan rata-rata harga barang dan jasa secara agregat naik sebesar 0,59 persen," terangnya.

(hns/hns)

Hide Ads