Utang memang bikin pusing. Apalagi kalau jumlahnya gede banget sampai ratusan ribu triliun. Contohnya utang Amerika Serikat (AS) yang jumlahnya lebih dari US$ 28 triliun dolar atau jika dirupiahkan hampir Rp 400.000 triliun.
Hmmm banyak banget ya! AS juga saat ini disebut-sebut akan kehabisan uang tunai pada 18 Oktober mendatang atau sekitar 2 minggu lagi.
Hal ini karena pemerintah terus-terusan mengucurkan uang hingga US$ 50 miliar per hari demi menekan dampak pandemi COVID-19.
Nah karena pemerintah AS tak punya uang lagi, mereka mengajukan rancangan undang-undang (RUU) penangguhan utang ke parlemen. Tapi sayang, awal pekan ini senat tidak meloloskan pengajuan tersebut.
Partai Republik yang jadi oposisi pemerintahan Presiden Biden menolak keras pengajuan itu. Penolakan ini karena Partai Republik khawatir dengan pengeluaran pemerintah AS.
Padahal dengan penolakan ini maka pemerintahan AS bakal lebih sulit untuk pembayaran utang. Bahkan kondisi 2008 disebut-sebut bisa terjadi lagi.
Pimpinan Partai Demokrat Chuck Schumer menyebut jika pemerintah gagal bayar utang yang mencapai ratusan ribu triliun itu maka akan berdampak buruk untuk perekonomian.
"Kita sekarang ada di tengah bencana yang diciptakan Partai Republik," ujarnya dikutip dari Reuters.
Dikutip dari datalab.usaspending.gov utang AS tercatat US$ 26,95 triliun. Jika dirupiahkan Rp 384,03 ribu dengan asumsi kurs Rp 14.250 (data 2020).
Banyak kekhawatiran yang muncul. Misalnya Kepala Ekonom Moody's Analytics Mark Zandi menyebut hal ini bisa jadi bencana untuk ekonomi AS. Akan terjadi resesi yang lebih dalam hingga jutaan orang yang kehilangan pekerjaan.
Dikutip dari Reuters, akhirnya pada 30 September 2021 mayoritas anggota parlemen menyetujui pengajuan RUU tersebut. Ini artinya pemerintahan AS tidak jadi tutup dan sekarang sedang menunggu Presiden Joe Biden untuk penandatanganan undang-undang.
Simak juga video DPR Amerika Serikat Tangguhkan Batas Utang Federal':