Definisi Hobi Jadi Cuan Ala Pria Sragen: Penangkaran Murai Batu

Definisi Hobi Jadi Cuan Ala Pria Sragen: Penangkaran Murai Batu

Ari Purnomo - detikFinance
Minggu, 03 Okt 2021 17:47 WIB
Penangkaran Murai Batu/Indra Proneto/Foto: Ari Purnomo
Foto: Indra Proneto/Foto: Ari Purnomo
Solo -

Burung murai batu menjadi salah satu menjadi salah satu jenis burung yang banyak penggemarnya. Karakter burung petarung dengan ocehan yang bagus menjadi salah satu daya tarik tersendiri.

Tidak heran jika harga burung endemik hutan Sumatera ini memiliki harga yang tinggi dan cenderung stabil. Inilah yang menjadi alasan para penangkar burung yang bisa menirukan lebih dari 10 suara burung ini.

Seperti halnya Indra Proneto. Pria 34 asal Kalijambe, Sragen, Jawa Tengah (Jateng) itu sudah menekuni profesinya sebagai penangkar sejak 2015. Pemilik Aneka Satwa Farm itu tergabung dalam Asosiasi Penangkar Burung Nasional (APB).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Awal menangkar murai batu ini tidak langsung banyak, tapi awalnya dari murai ocehan. Modal awal, sama dengan penangkar lain, bukan langsung 20 pasang. Awal dari burung lomba dijodohkan produk, kemudian nambah 3 pasang dan sekarang ada 20 pasang," ujar Indra kepada detikcom, Sabtu (2/10/2021).

Sejak awal menjadi penangkar, pegawai BUMN itu memang sudah konsen pada murai batu. Dia mengaku sangat hobi dengan burung yang dikenal sebagai burung petarung itu.

ADVERTISEMENT

"Sejak awal 2015 saya memang sudah menangkar murai batu ini, dulu namanya Rhythm Farm, kemudian saya ngurusi Aneka Satwa jadi ganti Aneka Satwa Farm," ujarnya.

Indra menceritakan, awal mula menjadi penangkar memang tidak mudah. Kematian anakan murai bahkan sudah menjadi hal yang biasa. Perbedaan suhu kandang, hingga adanya kendala lain biasa menjadi penyebabnya.

"Pernah dong pasti mengalami masa-masa sulit, murai kan dikenal sebagai burung fighter dan menguasai teritorial, dia menguasai daerah dan tidak boleh burung lain yang boleh masuk. Betina dibantai, mati itu bukan masalah baru," tuturnya.

Selain itu, kurang sesuainya kandang hingga suplai makanan juga sering mengganjal proses penangkaran murai batu.

"Murai itu kan biasa di daerah rawa, sifatnya di rawa yang agak dingin kadang butuh waktu adaptasi yang agak lama. Suplai pakan juga, kan makannya jangkrik, ulat, kroto itu harus tersedia," ucapnya.

Setelah berjalan dan mulai memahami proses penangkaran, Indra pun, mulai menikmati hasilnya. Jenis murai ini termasuk cepat dalam proses breedingnya. Bahkan, dalam 2 bulan 10 hari murai bisa tiga kali produksi.

"Murai itu bertelur hingga menetas itu biasanya 14 hari, kemudian panen tujuh hari setelahnya. Tiga hari berikutnya indukan sudah bertelur lagi," katanya.

Cerita Indra bersambung ke halaman berikutnya


Tetapi, tidak semua hasil penangkarannya langsung dia jual. Alasannya, penangkaran butuh regenerasi untuk meneruskan proses penangkaran. Selain itu juga melihat permintaan dan karakter burung yang dihasilkan.

"Kalau dirata-rata dalam setahun saya mampu menjual 100 trotolan atau anakan usia 2 bulan (sudah mandiri). Kalau bicara keuntungan ya 200 persen dari modal, tetapi risikonya 100 persen dibandingkan bisnis lainnya," ujarnya.

Untuk harga trotolan ocehan trah lomba, Indra mengatakan berkisar Rp 3 juta sampai dengan Rp 15 juta untuk yang jantan. Sedangkan betina biasanya tidak dijual, tetapi dijadikan indukan lagi.

Berkat ketekunan dan keuletannya tersebut, kini Indra tidak hanya menangkarkan murai batu jenis ocehan tetapi juga jenis ekor panjang yang biasa dilombakan visual di Singapura. Padahal harga murai ekor panjang jauh di atas ocehan.

"Saya ada 16 pasang ocehan dan empat pasang ekor panjang. Murai batu ekor panjang harganya trotolan 1 ekor bisa sampai Rp 50 juta, usia 2 bulan," ucapnya.

Indra menjelaskan, murai ekor panjang ini memang cukup ramai di Singapura. Di sana rata-rata ekor murai bisa sampai 43 sentimeter untuk yang jantan. Sedangkan yang betina bisa sampai 23 sentimeter.

"Kalau yang Indonesia itu betina mentok 15 sentimeter panjang ekornya, kalau jantan bisa sampai 25 sentimeter. Untuk ekor panjang ini harganya bisa sampai miliaran rupiah," kata dia

Dia mencontohkan seperti milik salah seorang penangkar di Jawa Timur (Jatim) yang pernah ditawar Rp 1,5 miliar untuk satu ekor murai ekor panjang 43 sentimeter.

"Itu untuk anakannya saja bisa sampai Rp 100 juta, itu banyak yang akan beli," sambungnya.

Sedangkan untuk yang trah ocehan dan jawara di berbagai lomba nasional, Indra mengatakan, harganya bisa sampai Rp 4 miliaran.

"Pernah ada burung bernama Ohara itu ditawar Rp 3 miliar ditambah satu mobil Rubicon, berarti kan sekitar Rp 4 miliar tidak dikasihkan," tuturnya.

Sedangkan untuk jenis yang paling rendah yakni murai sayur. Kenapa disebut sayur? Indra menjelaskan, hal ini karena burung tersebut hanya cocok untuk hiasan teras atau teman ngopi saja.

"Jenis sayur itu karena burungnya tidak berani tarung, ocehannya juga tidak jadi. Sudah diseting, dikasih makan bagus, tapi tidak bisa jadi, makanya menyebutnya murai sayur. Harganya paling Rp 1,2 juta sampai Rp 2 juta itu sudah dapat yang dewasa," terang Indra.



Simak Video " Video: Melihat Patung Biawak di Wonosobo yang Viral gegara Mirip Asli"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads