Indikatornya meliputi tingkat kasus positif, kasus harian pergerakan tujuh hari, hunian pasien di ruang perawatan intensif, angka kematian, dan cakupan vaksinasi lengkap.
"Dari kelima indikator itu, amat ditekankan pentingnya tingkat kasus positif Covid-19 karena berkorelasi dengan aktivitas masyarakat," tuturnya.
Arsjad mengingatkan, pemulihan sektor pariwisata di Tanah Air membutuhkan kerja sama, inovasi, dan koordinasi dengan semua pihak terkait.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Memang membuka sepenuhnya sektor parekraf tidak gampang. Pasalnya sektor ini membutuhkan banyak orang, punya efek domino yang besar juga. Jadi harus cermat. Jadi, bukan berarti tidak mungkin, tapi harus dipikirkan dan siapkan betul," jelas Arsjad.
Kemudian, vaksinasi juga disebut menjadi salah satu harapan untuk membangkitkan sektor parekraf di tahun 2021. Menurut Arsjad, pemerintah sudah melakukan fase tanggap dengan memfokuskan pada kesehatan di sektor parekraf.
"Fase ini pemerintah menginisiasi program perlindungan sosial, mendorong kreativitas dan produktivitas saat WFH, melakukan koordinasi krisis pariwisata dengan daerah pariwisata, serta melakukan persiapan pemulihan. Selanjutnya adalah fase pemulihan, yakni pemerintah membuka perlahan tempat wisata. Persiapannya sangat matang, salah satunya soal penerapan protokol sertifikasi CHSE (Cleanliness, Healthy, Safety, and Environmental Sustainability)," ujarnya.
Meski demikian, selama setahun belakangan, pemerintah telah menerapkan kebijakan berupa program stimulus untuk mendukung pemulihan sektor pariwisata yang terdampak pandemi COVID-19, di antaranya dana hibah, subsidi bunga, restrukturisasi kredit, dan kredit usaha rakyat (KUR) pariwisata.
Simak Video "Gaet KADIN Indonesia, Kemenparekraf Kembangkan Investasi Dunia Wisata"
[Gambas:Video 20detik]
(ara/ara)