Jumlah Kapal Laut di RI Makin Dikit, Kirim Barang Bikin Kantong Jebol!

Jumlah Kapal Laut di RI Makin Dikit, Kirim Barang Bikin Kantong Jebol!

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Jumat, 08 Okt 2021 11:25 WIB
Kesibukan pelayanan bongkar muat di dermaga peti kemas ekspor impor (ocean going) milik PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II dipastikan tetap berjalan maksimal di tengah persiapan menyambut kunjungan Ratu Kerajaan Denmark Margrethe II bersama suaminya, Prince Henrik , Jakarta, Kamis (15/10/2015). Ratu Margrethe II dan Price Henrik akan berkunjung ke lokasi ini pada pekan depan, Kamis (22/10). Seperti diketahui Maersk Line, salah satu perusahaan pelayaran terbesar di dunia asal Denmark saat ini menjadi pengguna utama Pelabuhan yang dikelola Pelindo II. Kehadiran Ratu Denmark menunjukkan kepercayaan negara asing terhadap kualitas pelayanan pelabuhan di Indonesia. Dalam satu tahun kapasitas pelayanan bongkar muat Pelindo II mencapai 7,5 juta twenty-foot equivalent units (TEUs). Agung Pambudhy/Detikcom
Ilustrasi/Foto: agung pambudhy

Faisal Basri juga menyoroti soal angkutan udara yang mengalami kenaikan pesat di beberapa tahun ke belakang. Namun kini di tengah pandemi justru menyusut kapasitasnya.

Dia bilang ada bias terjadi di tengah bisnis transportasi, banyak yang mengincar bisnis transportasi udara dan meninggalkan angkutan laut. "Kita bias udara dan laut justru terbengkalai," katanya.

Kurangnya perhatian ke angkutan laut juga disoroti oleh Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti. Dia mengatakan selama ini sektor transportasi berkontribusi besar pada defisit neraca dagang karena banyaknya penggunaan kapal laut asing untuk urusan pengiriman barang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sumber defisit memang banyak dari transportasi, karena banyak shipping dari luar, even untuk transportasi domestik," ungkap Destry dalam acara yang sama.

Dia bilang transportasi laut menjadi pekerjaan rumah besar untuk ditingkatkan oleh pemerintah. Salah satunya dalam rangka membentuk rantai pasok yang baik, utamanya membentuk keseimbangan baru harga pengiriman barang. Destry menyinggung biaya kirim barang dari Jakarta ke daerah timur lebih mahal daripada biaya ekspor Jakarta ke China.

ADVERTISEMENT

"Distribusi barang domestik memang lebih mahal ketimbang misalnya eksportir ekspor dari Jakarta ke China. Itu malah biayanya lebih murah daripada kirim dari Jakarta ke Indonesia timur," ungkap Destry.



Simak Video "Kemenhub Memastikan Angkutan Logistik Tidak Boleh Setop Beroperasi"
[Gambas:Video 20detik]

(hal/ara)

Hide Ads