Singapura memutuskan untuk membuka pintu bagi lebih banyak negara. Pendatang boleh masuk ke negara itu dengan bebas karantina.
Kebijakan dilakukan ketika pemerintah Singapura tengah berupaya mengembalikan status negara itu sebagai pusat penerbangan internasional, dan bersiap untuk mencapai new normal dan bisa hidup berdampingan dengan COVID-19.
Dilansir Reuters, Sabtu (9/10/2021), mulai 19 Oktober Singapura membuka pintu untuk kedatangan pelancong dari Inggris, Prancis, Spanyol, dan Amerika Serikat (AS). Para pendatang itu hanya diwajibkan sudah melakukan vaksinasi penuh dan harus melalui tes COVID-19 tanpa harus karantina.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Singapura merupakan salah satu pusat perjalanan dan keuangan terbesar di dunia. Negara ini juga merupakan rumah bagi kantor pusat Asia dari ribuan perusahaan global yang eksekutifnya telah lama mengandalkan konektivitas.
Negara berpenduduk 5,45 juta orang ini telah melaporkan rekor kasus COVID-19 harian lebih dari 3.000 selama beberapa hari terakhir, meskipun hampir semua kasus tidak menunjukkan gejala atau ringan. Sekitar 83% dari populasi divaksinasi lengkap, salah satu yang tertinggi di dunia.
Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong mengatakan akan mencapai normal baru dan dapat melonggarkan pembatasan ketika kasus stabil, bahkan jika jumlahnya tetap ratusan.
"Kami membutuhkan setidaknya tiga bulan, atau mungkin selama enam bulan, untuk sampai ke sana," kata Lee dalam pidatonya.
Pemerintah akan memperketat aturan bagi mereka yang tidak mau divaksinasi mulai Rabu mendatang. Mereka dilarang memasuki mal dan makan di restoran.
Sementara untuk program kebijakan perjalanan Singapura yang sudah dibuka sejak September 2021 adalah untuk Jerman dan Brunei. Kemudian bulan depan giliran Korea Selatan.
Sekitar 3.000 pelancong akan dapat masuk setiap hari dengan syarat vaksinasi. Angka itu masih sangat jauh dari dari rekor 19,1 juta pelancong di 2019. Perbatasan sebagian besar tetap tertutup untuk negara-negara utama Asia.
(das/ara)