Dampak pandemi Covid-19 hampir terasa di semua sektor, termasuk industri distribusi barang atau logistik. Padahal, sektor logistik di tengah pandemi menjadi tulang punggung bagi sektor lain yang membutuhkan distribusi barang.
Selain keterbatasan pergerakan di masa pandemi, berbagai tantangan lain yang dihadapi sektor distribusi antara lain terbatasnya ketersediaan produk, pengelolaan saluran penjualan, tingginya biaya logistik untuk distribusi barang, hingga proses logistik yang belum terdigitalisasi.
Saat ini, sebagian besar bisnis masih mengelola proses rantai pasoknya secara manual, yang dalam hal ini dapat menghambat proses jangkauan ekspansi mereka. Mulai dari proses order dari retailer yang mengandalkan kunjungan salesman, proses PO yang paper-based, hingga terbatasnya opsi pembayaran dan pengiriman yang tersedia.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir pernah menyatakan dukungan program digitalisasi rantai pasok logistik untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional.
"Kekurangan kita adalah harus meng-upgrade logistic supply chain (rantai pasok logistik) dengan program digitalisasi," katanya beberapa waktu lalu.
Senada dengan Erick Thohir, Menteri Kominfo, Johnny G. Plate, dalam sebuah diskusi online, juga menjelaskan revolusi industri 4.0 memungkinkan perusahaan untuk meningkatkan digitalisasi operasi mereka.
"Momentum ini juga dapat mendorong terciptanya transformasi ekonomi pada tiga fokus utama, yakni hilirisasi ekonomi khususnya di sektor digital, digitalisasi UMKM, dan ekonomi hijau," jelasnya.
(fdl/fdl)