Sementara, Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada Fahmy Radhi menjelaskan, melonjaknya harga minyak mentah dunia disebabkan oleh mulai pulihnya industri yang sebelumnya terdampak pandemi COVID-19. Di sisi lain, banyak negara tidak siap dengan tingginya permintaan energi tersebut.
Kondisi ini pun memicu krisis energi. Harga minyak mentah pun terkerek naik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kelangkaan tadi memicu harga jual minyak mentah di dunia sehingga kemarin dia mencapai di atas US$ 85 dolar per barel," katanya.
Kenaikan harga minyak dunia ini memberikan dampak pada Indonesia. Apalagi, Indonesia merupakan negara net importir. Menurutnya, kondisi ini akan menjadi beban bagi PT Pertamina (Persero) jika tidak diizinkan menaikkan harga BBM.
"Ini jelas jadi beban bagi Indonesia, apalagi kalau Pertamina tidak diizinkan menaikan harga jual BBM, ini akan akan berat bagi Pertamina maupun bagi negara," katanya.
Memang, Pertamina diperbolehkan untuk menaikkan harga BBM khususnya untuk non subsidi. Namun, untuk menaikkan itu Pertamina harus mendapat izin dari regulator.
"Dengan harga minyak naik, mestinya Pertamina menyesuaikan harga jual BBM khususnya Pertamax ke atas. Tapi untuk menaikkan harga minyak itu, kan harus ada izin dari Kementerian ESDM, tidak bisa Pertamina serta merta menaikkan tadi," katanya.
(acd/zlf)