Cicip Manisnya Budi Daya Belimbing, Omzet Rp 30 Juta/Panen

Cicip Manisnya Budi Daya Belimbing, Omzet Rp 30 Juta/Panen

Inkana Putri - detikFinance
Rabu, 20 Okt 2021 11:00 WIB
Di Desa Tarub, Kabupaten Grobogan, ada wisata kebun belimbing yang membolehkan travelers memetik langsung dari pohonnya. Penasaran seperti apa? Intip yuks.
Foto: Andhika Prasetya
Jakarta -

Kalau datang ke Desa Tarub, Kecamatan Tawangharjo, Grobogan, Jawa Tengah, Anda akan disambut deretan kebun belimbing milik warga. Bertani belimbing memang menjadi salah satu ladang usaha bagi warga di sana.

Tak jarang beberapa dari mereka juga membuka agrowisata kebun belimbing. Budi daya belimbing ternyata menghasilkan omzet yang cukup besar, loh!

Seorang petani sekaligus pemilik Wisata Kebun Belimbing, Widayati merupakan salah satu warga Desa Tarub yang tertarik manisnya omzet budi daya belimbing. Ia yang sebelumnya merupakan pedagang akhirnya memutuskan untuk berkebun belimbing pada 2012 hingga membuka agrowisata di tahun 2015.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pertama, saya sebelumnya jadi pedagang. Terus kemudian pikir kayaknya kok enak tanam belimbing. Tidak ada musiman bisa terus panen. Maka dari itu dialihkan buat nanam pohon belimbing karena setiap panen bisa menghasilkan banyak buah," ujarnya kepada detikcom beberapa waktu lalu.

"Awal mula (buka agrowisata) sekitar tahun 2015, tapi pertama tanam (belimbing) tahun 2012 kan nunggu produksi dulu selama 3 tahun. Menunggu agar buahnya bisa dipetik dan besar, baru dibuka tempat wisata. Jadi, pengunjung bisa puas metik sendiri," imbuhnya.

ADVERTISEMENT

Dalam sekali panen, Widayati bisa menghasilkan sekitar 50 kwintal. Untuk 1 kilogram belimbing biasanya dijual sekitar Rp 8 ribu hingga Rp 15 ribu. Dalam satu kali panen, Widayati mengatakan bisa meraup omzet hingga puluhan juta rupiah. Saat panen raya, belimbing-belimbing ini dijual hingga ke Demak dan Kudus.

"Dipanennya dua bulan sekali bisa. Biasanya dua bulan dari (belimbing) yang sudah dibungkus (plastik) sudah bisa panen. Paling 1 pohon sekitar 1 kwintal. Kurang lebih 50 kwintal. Kan di kebun lainnya yang bukan untuk wisata ada banyak, jadi (suka) diambil juga buahnya untuk dibawa ke sini," katanya.

"Kalau harga sekarang sekilo Rp 15 ribu, tapi kalau pas panen raya Rp 8-10 ribu untuk bakul bukan ecer. Kalau penghasilan dari jual belimbing pas panen sekitar Rp 25 juta sampai Rp 30 juta. Saya biasanya jual langsung ke bakul, biasanya saya (juga) stok sampai Demak, Kudus pas banyak-banyaknya," ungkapnya.

Di Desa Tarub, Kabupaten Grobogan, ada wisata kebun belimbing yang membolehkan travelers memetik langsung dari pohonnya. Penasaran seperti apa? Intip yuks.Di Desa Tarub, Kabupaten Grobogan, ada wisata kebun belimbing yang membolehkan travelers memetik langsung dari pohonnya. Foto: Andhika Prasetya

Di samping omzet panen, Widayati juga mendapat pemasukan lainnya dari agrowisata kebun belimbing. Meski demikian, ia mengaku sempat mengalami penurunan omzet saat pandemi COVID-19.

"Omzet kalau rata-rata dari kebun di sini (agrowisata) Rp 4-5 juta satu bulan itu udah paling minim. Kalau panen raya sampai bisa lebih banyak lagi. Karena kemarin ada COVID-19 sangat turun, tapi alhamdulillah sekarang sudah kembali ramai," katanya.

Widayati mengaku hampir tidak menemui kendala saat membudidayakan belimbing. Pasalnya belimbing termasuk buah yang mudah ditanam dan hanya memerlukan penyemprotan rutin.

"Nggak susah sih, yang penting penyemprotan rutin. Kalau ada ulat atau lalat buah pakai perangkap lalat pakai plastik. Dari kecil itu makanya dibungkus plastik biar aman. Pupuknya biasanya pupuk mutiara kadang pakai UREA, kadang pupuk kandang. Pupuknya biasanya yang paling bagus mutiara," katanya.

Oleh karena itu, Widayati pun terus memperluas kebun belimbingnya. Bahkan, saat ini ia juga mulai mengembangkan budidaya jambu kristal.

Untuk mengembangkan usahanya, Widayati mengajukan pinjaman modal ke Bank BRI. Modal tersebut digunakan untuk membuat gazebo dan warung di agrowisata miliknya serta memperluas lahan budidayanya.

"Pertama itu pinjam sekitar Rp 20 jutaan buat bikin gazebo satu-satu sekitar 2015. Terus ambil lagi dari BRI untuk perluas lahan, buat modal buka warung juga," ungkapnya.

Selain mulai merambah usaha jambu kristal, saat ini Widayati juga tengah menggeluti investasi emas di Pegadaian. Hadirnya co-location di BRI Unit Tawangharjo membuat dirinya tertarik untuk menabung emas di Pegadaian guna investasi jangka panjang.

"Awalnya saya kan ke Kantor Bank BRI, ketemu sama mantri dan dikasih tau tentang tabungan emas. Abis ngobrol akhirnya saya minat. Kan saya mikir emas jarang turun harganya, malah semakin tinggi. Jadi pengin gitu. Tabungan emas itu juga bisa jadi investasi jangka panjang," tandasnya.

detikcom bersama BRI mengadakan program Sinergi Ultra Mikro di Bandar Lampung dan Semarang untuk memantau upaya peningkatan inklusi finansial masyarakat melalui sinergi BRI, Pegadaian, dan PNM dalam Holding Ultra Mikro. Holding Ultra Mikro berupaya mendukung pertumbuhan ekonomi yang kuat dan berkelanjutan untuk peningkatan UMKM di Tanah Air. Untuk informasi lebih lengkap, ikuti beritanya di https://sinergiultramikro.detik.com/.


Hide Ads