Pasokan Gas PIM Hanya Cukup Untuk Enam Bulan
Selasa, 18 Apr 2006 21:42 WIB
Jakarta - Pasokan gas untuk PT Pupuk Iskandar Muda (PIM) sebesar 10 persen atau tiga kargo dari PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) yang dimulai pada Mei 2006 hanya akan cukup untuk produksi selama enam bulan setelahnya."Produksinya sekitar 45-50 ribu ton per bulan," kata Direktur Utama PIM, Hidayat Nyakman, di Departemen Perindustrian, Jl Gatot Subroto, Jakarta, Selasa (18/4/2006).Menurut Hidayat, PIM akan tetap menyuplai pupuk ke NAD dan sebagian Sumatera Utara. Selain pupuk bersubsidi PIM juga akan tetap menyupali pupuk untuk industri dan perkebunan. Alokasi pupuk bersubsidi yang harus dipasok oleh PIM dalam satu bulan sekitar 5-6 ribu ton urea untuk daerah NAD saja.Hidayat menjelaskan, untuk masa produksi setelah enam bulan, pemerintah akan menjajaki beberapa kemungkinan. "Untuk jangka panjang diharapkan bisa dari itu sumur gas di Blok A, Arun dan Kruengmane tapi yang untuk ini asal bisa survive aja dulu," katanya.Pasokan untuk jangka panjang dari dua sumber tersebut diharapkan sudah mulai didapatkan pada 2009. Sedangkan alternatif lainnya adalah perpanjangan swap gas dari PKT. Selain itu, ia juga berharap pemerintah bisa mengalihkan kontrak ke luar negeri untuk PIM. "Misalnya kontrak perpanjangan Arun. Exxon sendiri kan sulit memenuhi sesuai dengan kontrak. Kalau itu dialihkan saja, ada sebagian yang bisa kita pakai dan itu bisa hidup terus sampai 2009 tanpa perlu melakukan swap seperti ini lagi," katanya.Biaya gas untuk sebulan pertama kira-kira 5 juta dolar AS dengan harganya rata-rata dari PKT antara 2,5-3,5 dolar AS per MMBTU. Kesepakatan swap gas dari PKT ke PIM baru ditandatangani pada Senin (17/4) malam."Jadi tergantung fluktuasi harga minyak," katanya.Hidayat menambahkan, kebutuhan normal gas untuk PIM sebesar 50-55 MMBTU per hari dan jika dua sumur gas dieksploitasi secara bertahap maka akan lebih banyak pabrik pupuk yang bisa memanfaatkannya karena cadangan gasnya cukup untuk memasok dua pabrik selama lima tahun."Kalau tidak sekaligus mereka produksi tapi bertahap, maka 2 tahun masih cukup gas di Aceh itu cukup dua pabrik PIM dan dua pabrik milik AAF sampai 2020," katanya.Ditemui terpisah, Dirut PKT Omay K Wiraatmadja menyatakan dengan swap gas tersebut produksi urea PKT akan berkurang sekitar 380 ribu ton. Namun, dengan jumlah gas yang di swap itu PIM akan memproduksi kurang lebih 390-400 ribu ton karena pabriknya baru.Meski demikian, kinerja PKT tidak terganggu karena kewajiban untuk memasok ke Sumatera dan NAD sebesar 225 ribu ton juga diambil alih oleh PIM. "Akibatnya tidak bisa ekspor, tahun lalu ekspor kurang lebih 450 ribu ton tapi sekarang tidak boleh ada ijin ekspor dulu karena disuruh bantu pasokan ke dalam negeri," katanya.
(ary/)