Cuan Ratusan Juta dari Ternak Ayam, Eks Gurandil: Hidup Lebih Barokah!

Cuan Ratusan Juta dari Ternak Ayam, Eks Gurandil: Hidup Lebih Barokah!

Alfi Kholisdinuka - detikFinance
Selasa, 26 Okt 2021 14:06 WIB
Eks Gurandil Banting Setir Jadi Peternak
Foto: Dikhy Sasra/detikcom
Jakarta -

Pintu taubat mampu membuka rezeki yang lebih luas. Begitu kira-kira hikmah yang bisa dipetik dari kisah hidup Acang, mantan gurandil atau penambang emas tanpa izin di Gunung Pongkor yang kini sukses jadi peternak ayam dengan omzet ratusan juta.

Titik balik hidup Acang bermula pada 2015, ketika ia memutuskan berhenti menjadi gurandil karena merasa hidupnya tidak berkah. Pasalnya, sebelum itu, kehidupan sosialnya hanya berkutat pada aktivitas hiburan semata sehingga banyak mengundang dosa.

"Dulu di gurandil jujur saya kurang lebih 20 tahun, betul duitnya gede banget, banyak, tapi mungkin itu budayanya yang nggak kuat sama sekali, dengan ajakan teman, cari hiburan, mobil mewah dan yang dikejar itu cewek cantik, jadi nggak barokah," ujarnya kepada detikcom baru-baru ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia pun mengaku aktivitasnya kala itu bisa mendatangkan uang ratusan juta rupiah dalam hanya waktu satu bulan. Namun, kata dia, hal itu tidak sebanding dengan alam yang dirusak akibat aktivitas penambangan ilegal tersebut.

"Makanya dari situ saya sadar, nambang ilegal bisa dikatakan merusak dua sisi, pertama alam karena pohon-pohon ditebang, terus digali. Kedua ya lingkungan, karena untuk pengolahan emas (secara tradisional) itu dilakukan di sungai pakai sianida jadi tercemar," katanya

ADVERTISEMENT

Oleh karenanya, dia bersyukur bisa meninggalkan dunia kelam itu dan beralih profesi menekuni peternak pada 2019. Kala itu, ia pun membangun peternakan ayam broiler di atas lahan pribadi seluas 72x10 meter di Kampung Gunung Dahu, Desa Bantar Karet, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor.

Acang memulai usahanya tersebut dengan memanfaatkan bantuan modal dari Unit Bisnis Pertambangan Emas (UBPE) Antam Pongkor. Program ini dipilih sebagai dukungan Antam untuk para eks gurandil dalam mendapatkan mata pencaharian alternatif.

"Dulu bantuannya dalam bentuk dana, ini di bantu kurang lebih total senilai Rp 900 juta. Habis bikin bangunan (kandang) ini kurang lebih Rp 1,2 M. Jadi saya upaya Rp 300 juta, karena bagaimanapun ini harus terwujud dan harus bertanggung jawab," jelasnya.

Dia pun merinci dana tersebut digunakannya untuk pembangunan kandang, kebutuhan material hingga perlengkapan pengatur suhu ruangan dan juga genset sebagai persiapan mati lampu. Sementara, ayamnya ia pasok dengan cara bermitra dengan perusahaan.

Diketahui, kandang close house miliknya tersebut terdiri dari dua lantai dengan total ayam kurang lebih sekitar 25 ribu ekor dengan masa panennya rata-rata dari 25-45 hari. Hingga saat ini, peternakan ayam broiler miliknya telah melakukan panen sebanyak 15 kali sejak digagas pada 2019.

"Karena ini sistemnya kemitraan ya, jadi saya terima keuntungan Rp 1.500 per ekor. Jadi rata-rata per periode panen itu dapat Rp 40 juta itu bisa dibilang bersih, paling kotornya kalau lampu kandang mati, itu pakai di situ," tuturnya.

"Terus kalau untuk per tahun, ini udah 2 tahun 5 bulan ya, kurang lebih ini 15 periode, kalau saya hitung-hitung hasil daripada kandang ini adalah Rp 450 juta mah ada hasilnya," ungkap Acang.

Menurutnya, jika dibandingkan dengan profesi sebelumnya, beternak lebih membawa kedamaian batin terhadap dirinya. Pasalnya, peternakannya ini mampu membawa manfaat keberlanjutan terhadap masyarakat di sekitar, salah satunya dengan terbukanya lapangan pekerjaan bagi warga setempat.

Eks Gurandil Banting Setir Jadi PeternakFoto: Dikhy Sasra/detikcom

Selain itu, ternyata hasil limbah kotoran dari kandangnya tersebut juga bermanfaat bagi aktivitas pertanian di Kampung Gunung Dahu. Warga yang biasanya perlu mengeluarkan jutaan rupiah untuk ratusan karung pupuk kandang kini bisa mendapatkannya secara gratis di peternakan tersebut.

"Nah ini dari dulu kan, sekitaran kampung gunung Dahu ini, kalau butuh pupuk untuk pertanian harus beli dari luar, biayanya itu dari Rp 8-10 ribu per karung, setelah ada ini, ini saya gratiskan sama masyarakat, yang penting masyarakat mau tani, ini bagus untuk untuk cocok tanam kaya cabe, tomat, terong, pare. Makanya alhamdulillah, dengan beternak ini hidup saya jadi lebih barokah," jelasnya.

Berkat hal ini pula, program peternakan ayam miliknya yang dibantu oleh UBPE Antam di Kampung Gunung Dahu itu mendapatkan penghargaan Indonesia Sustainable Development Goals Award (ISDA) 2021 dari Corporate Forum for CSR Development. Penghargaan ini diberikan karena peternakan tersebut mampu mengukir manfaat yang berkelanjutan.

detikcom bersama MIND ID mengadakan program Jelajah Tambang berisi ekspedisi ke daerah pertambangan Indonesia. detikcom menyambangi kota-kota industri tambang di Indonesia untuk memotret secara lengkap bagaimana kehidupan masyarakat dan daerah penghasil mineral serta bagaimana pengolahannya. Untuk mengetahui informasi lebih lengkap, ikuti terus beritanya di detik.com/jelajahtambang

(akd/hns)

Hide Ads