Ekspor RI Melesat Tinggi, Masih Bisa Digas Lagi?

Ekspor RI Melesat Tinggi, Masih Bisa Digas Lagi?

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Selasa, 26 Okt 2021 18:23 WIB
Kesibukan pelayanan bongkar muat di dermaga peti kemas ekspor impor (ocean going) milik PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II dipastikan tetap berjalan maksimal di tengah persiapan menyambut kunjungan Ratu Kerajaan Denmark Margrethe II bersama suaminya, Prince Henrik , Jakarta, Kamis (15/10/2015). Ratu Margrethe II dan Price Henrik akan berkunjung ke lokasi ini pada pekan depan, Kamis (22/10). Seperti diketahui Maersk Line, salah satu perusahaan pelayaran terbesar di dunia asal Denmark saat ini menjadi pengguna utama Pelabuhan yang dikelola Pelindo II. Kehadiran Ratu Denmark menunjukkan kepercayaan negara asing terhadap kualitas pelayanan pelabuhan di Indonesia. Dalam satu tahun kapasitas pelayanan bongkar muat Pelindo II mencapai 7,5 juta twenty-foot equivalent units (TEUs). Agung Pambudhy/Detikcom
Ekspor RI Melesat Tinggi, Masih Bisa Digas Lagi?
Jakarta -

Pemerintah menyebut pemulihan ekonomi tahun ini diperkirakan akan terus berlanjut. Apalagi dengan terkendalinya kasus akibat varian delta yang terjadi pada pertengahan tahun ini.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam paparan APBN KiTa menyebutkan kinerja ekspor beberapa bulan terakhir bisa mengkompensasi melambatnya konsumsi rumah tangga pada kuartal tiga tahun ini. Dalam paparan disebutkan neraca perdagangan surplus US$ 4,37 miliar yang ditopang dari surplus ekspor non migas yang lebih tinggi dibanding 2020.

Aktivitas ekspor dan impor diprediksi tumbuh lebih kuat, seperti yang tercermin pada kinerja kuartal III 2021 yang tumbuh double digit. Tahun depan masyarakat dan pelaku usaha harus lebih siap dengan penerapan pola hidup baru atau Living with Endemic.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu konsumsi rumah tangga dan ekspor diproyeksi menjadi pendorong ekonomi 2022. Namun ada hal-hal yang perlu diwaspadai khususnya normalisasi kebijakan moneter Fed dan hambatan logistik ekspor impor.

Direktur Eksekutif Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) Daniel James Rompas mengungkapkan sebagai Special Mission Vehicle (SMV) Kementerian Keuangan menyalurkan program Penjaminan Pemerintah kepada perbankan.

ADVERTISEMENT

Program ini bertujuan untuk menggerakkan kembali perekonomian dengan pembiayaan modal kerja baru atau modal kerja tambahan yang diberikan oleh perbankan kepada korporasi yang terdampak COVID-19.

Dengan Jaminah ini, imbal jasa penjaminan ditanggung 100% oleh pemerintah untuk plafon Rp 5 miliar hingga Rp 300 miliar. Lalu ditanggung 70% untuk plafon di atas Rp 300 miliar hingga Rp 1 triliun.

"Hingga September 2021 ada 16 sektor usaha yang ikut serta dalam program Jaminah ini dengan penyerapan tenaga kerja lebih dari 50 ribu orang," ujarnya, Selasa (26/10/2021).

Dia mengungkapkan LPEI juga mendapatkan penugasan khusus ekspor dengan alokasi dana Rp 6,2 triliun, hingga September 2021 realisasinya mencapai Rp 335 triliun.

Sedangkan untuk penyaluran pembiayaan ekspor segmen UKM sudah tercatat Rp 14,6 triliun. Ada sekitar 9.310 tenaga kerja langsung dan tidak langsung yang terlibat. Meliputi bidang usaha industri makanan, industri bahan kayu, tekstil sampai perikanan laut.

Negara tujuan ekspor beragam mulai dari Eropa, Amerika Serikat, Jepang, Timur Tengah, China, Thailand dan Australia. LPEI juga berkontribusi dalam pemulihan ekonomi nasional (PEN) melalui Jaminah prognosa hingga 31 Desember 2021 sebesar Rp 7,5 triliun. "Ada juga jasa konsultasi coaching program untuk eksportir baru sebanyak 936 peserta UKM dan 70 eksportir baru," jelas dia.

James mengharapkan tantangan untuk ekspor ini adalah kondisi negara di masa pemulihan pandemi. Diharapkan tak ada lagi lockdown yang bisa membuat arus barang terhenti.

Dia optimis dengan adanya perbaikan kesehatan akibat vaksinasi, ekonomi dunia tumbuh dan aktif lagi. "Jika sektor hotel restoran dan kafe sudah dibuka maka bisa didorong pertumbuhannya," jelas dia.


Hide Ads