Merantau di negeri orang tidak pernah mudah bagi warga tanah air. Tidak mudah juga bagi Dessy Rutten, Ph.D FeRSA (Fellow of Regional Studies Association). Namun, kondisi itu tak menyurutkan semangat wanita inspiratif ini untuk keluar dari zona nyaman.
Wanita yang sekarang berprofesi sebagai ekonom, pebisnis, dan peneliti itu kini tinggal di Kota Tilburg, Belanda kurang lebih sudah sembilan tahun. Sebelumnya, ia hampir dua setengah dekade (25 tahun) berkiprah di Eropa, Bunda.
Dessy pernah tinggal dan bekerja di Inggris Raya, kemudian pindah ke Belanda. Dessy kini memiliki jabatan cukup bergengsi di sana.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saat ini saya memegang amanah sebagai pemimpin tim akademis dan manajer pengembangan bisnis pemasaran internasional dari sekolah IB (International Baacalaureate) di Belanda namanya Gifted Minds International School," tuturnya, di acara LDR, dilansir kanal YouTube CXO Media.
Selain itu, Dessy juga memiliki amanah sebagai managing partner untuk Inggris dan Belanda di sebuah perusahaan yang bernama Unimatrix International, yang berada di Berlin, Jerman.
Tak hanya itu, di waktu senggangnya, Dessy juga produktif sebagai pembicara, penulis, mentor, reviewer untuk bermacam event internasional di bidang bisnis, wirausaha, finansial, dan female empowerment (pemberdayaan perempuan).
Jelas, 25 tahun merantau di negeri orang, pastinya banyak pengalaman dan jatuh bangun yang ia rasakan. Dessy mengungkap bahwa hidupnya yang sekarang adalah manifestasi dari mimpinya ketika muda. Kelebihan dan kekurangan yang ada pada hidup ia jadikan berkah, proses pembelajaran, dan pendewasaan.
"Karena setiap kejadian dan pengalaman yang ada di hidup saya sekarang di luar negeri itu saya mulai pada saat saya masih muda dan saya masih single, masih belum menikah," ucapnya.
"Dengan segala idealisme dan cita-cita yang sangat tinggi, jadi itu merupakan doa saya dari kecil dengan bantuan dari orang tua saya juga ya dan sampai saat ini saya Alhamdulillah bisa menjadi seorang business woman, women in science, dan juga ibu rumah tangga bagi keluarga saya," sambungnya.
Lebih lanjut, Dessy mengatakan bahwa nilai moral yang ia pegang selama menjadi diaspora berasal dari ajaran kedua orangtuanya, dari agamanya, dari kebudayaan Indonesia, budaya orang timur yang baik-baik.
Bagaimana cerita lengkapnya? Baca kelanjutannya di halaman berikutnya.
(dna/dna)