Meningkatnya kasus COVID-19 di China membuat penjualan Starbucks anjlok. Di China, pasar terbesar kedua Starbucks, penjualan menyusut 7% di kuartal III-2021.
Gerai Starbucks di kota-kota dengan lonjakan kasus lokal paling terpukul dengan kebangkitan COVID-19. Kafe-kafe seperti Starbucks yang mengandalkan pariwisata dan perjalanan orang menjadi yang paling dirugikan.
"Pada puncaknya pada pertengahan Agustus, sekitar 80% toko kami di China terkena dampak pandemi," kata CEO Starbucks Kevin Johnson dikutip dari CNBC, Jumat (29/10/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Padahal, penjualan gerai-gerai Starbucks di AS meningkat 22% pada kuartal yang sama. Angka itu naik 11% dalam periode dua tahunan. Pelanggan menghabiskan rata-rata 3% lebih banyak untuk transaksi.
Di AS, minuman dingin menyumbang 75% dari penjualan Starbucks, sedangkan penjualan espresso melonjak 34%. Di sisi lain, jam sibuk kembali ke masa pra-pandemi.
Meski begitu, Starbucks berencana menambahkan 538 gerai baru di AS. Mereka telah memperbarui jejak tokonya, menutup beberapa kafe dan membuka gerai baru yang dirancang lebih baik untuk pesanan online dan take away.
Melihat ke musim liburan, Johnson optimistis perusahaan akan mendapatkan keuntungan penjualan yang memecahkan rekor.
Starbucks juga berencana untuk menambah 2.000 gerai baru. Sekitar tiga perempat dari lokasi baru tersebut akan dibangun di luar AS.
(hal/ara)