Tenun Emak-emak di Gresik Bisa Go Global, Bagaimana Caranya?

Tenun Emak-emak di Gresik Bisa Go Global, Bagaimana Caranya?

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Selasa, 02 Nov 2021 18:30 WIB
Pelonggaran PPKM di Yogyakarta berdampak pada perajin tenun lurik. Perajin mengaku penjualan kain tenun lurik meningkat sekitar 25 persen.
Ilustrasi/Foto: PIUS ERLANGGA
Jakarta -

Pemerintah mendorong kegiatan ekspor untuk membantu pemulihan ekonomi nasional yang tertekan oleh pandemi COVID-19. Karena itu Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) menggeber Program Desa Devisa untuk mendorong kualitas dan kuantitas ekspor barang dari Indonesia.

Kali ini Desa Wedani, Kecamatan Cerme, Kabupaten Gresik Jawa Timur menjadi salah satu Desa Devisa Tenun Gresik. Di desa ini ada 1.500 orang penenun perempuan yang memproduksi sarung tenun ATBM (alat tenun bukan mesin).

Mereka tergabung dalam kelompok penenun Koperasi Wedani Giri Nata (WGN). Sarung tenun ATBM Desa Wedani ini adalah komoditas unggulan dari Desa Devisa Tenun Gresik yang mencerminkan kearifan lokal dengan memiliki unsur kebudayaan setempat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Melalui Program Desa Devisa, LPEI akan berkolaborasi dengan sejumlah institusi pusat dan daerah untuk memberikan pendampingan pada aspek kelembagaan, produksi hingga akses pasar kepada anggota maupun pengurus Koperasi Wedani Giri Nata.

Saat ini kapasitas produksi sarung tenun dari Desa Wedani mencapai 146.400 lembar sarung per bulan. Dengan adanya Program Desa Devisa ini, ditargetkan di semester I tahun 2022 Koperasi WGN sudah dapat melakukan ekspor perdana dan produk yang dihasilkan pun sudah memenuhi standar internasional.

ADVERTISEMENT

"Program Desa Devisa yang dimiliki LPEI ini bertujuan untuk membangun dan meningkatkan potensi suatu kawasan yang memiliki produk unggulan berorientasi ekspor, diarahkan untuk memperbesar akses masyarakat mencapai kondisi sosial-ekonomi-budaya yang lebih baik. Dan juga menghasilkan devisa dari kegiatan usaha yang dilaksanakan secara berkesinambungan," jelas Direktur Eksekutif LPEI, James Rompas, Selasa (2/11/2021).

Dia mengungkapkan dengan diresmikannya Desa Devisa Tenun Gresik, Desa Wedani menjadi desa ke-24 yang mengikuti Program Desa Devisa LPEI sehingga total penerima manfaat dari program ini telah mencapai 2.774 orang petani/penenun dan ditargetkan akan terus bertambah di tahun-tahun berikutnya.

Program Desa Devisa dimulai sejak tahun 2019 dengan Desa Devisa Kakao di Jembrana, Bali menjadi Desa Devisa pertama yang memiliki komoditas unggulan berupa biji kakao difermentasi selanjutnya Desa Devisa Kerajinan di Bantul, Yogyakarta dengan produk kerajinan ramah lingkungan yang telah mampu melakukan ekspor secara berkelanjutan ke Eropa.

Sejak awal tahun hingga November 2021 LPEI sudah meluncurkan program desa devisa di Jawa Barat dan Jawa Timur, yaitu Desa Devisa Agrowisata Ijen Banyuwangi, Desa Devisa Kopi Subang, dan Desa Devisa Tenun Gresik.

Melalui Program Desa Devisa ini diharapkan produk lokal Indonesia dapat mendunia serta memberikan dampak positif terhadap peningkatan ekonomi, sosial dan lingkungan bagi masyarakat setempat. Ke depannya LPEI terus akan bersinergi membangun desa-desa melalui Program Desa Devisa.

Peresmian ini juga dihadiri oleh Bupati Gresik, H. Fandi Akhmad Yani yang turut memberikan apresiasi atas kolaborasi LPEI dengan Pemerintah Kabupaten Gresik, koperasi setempat, antar kementerian lembaga untuk memajukan Desa Wedani,

"Semoga Desa Devisa Tenun Gresik menjadi motivasi bagi kami untuk terus berinovasi dan berkolaborasi dengan LPEI untuk menghantarkan komoditas unggulan Kabupaten Gresik ke-5 benua dan Desa Devisa ini akan menjadi inspirasi bagi desa-desa yang lain," jelasnya.

(eds/eds)

Hide Ads