Heboh Ribut-ribut Biaya Sewa Pesawat Garuda Kemahalan

Heboh Ribut-ribut Biaya Sewa Pesawat Garuda Kemahalan

Anisa Indraini - detikFinance
Kamis, 04 Nov 2021 06:30 WIB
Pesawat pengangkut vaksin
Foto: YouTube/Sekretariat Presiden

Peter Gontha Ngaku Dipaksa

Peter Gontha mengakui bahwa memang dirinya tanda tangan terkait kontrak pembelian pesawat Garuda Indonesia yang diduga kemahalan. Tetapi dirinya sudah sempat menolak.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini pesawat Boeing 737 Max yang ditandatangani Direksi/Komisaris Garuda pada tahun 2013/2014. Saya diminta untuk menandatanganinya, tapi saya menolak," tulis akun @petergontha.

Peter Gontha menjelaskan alasan menolak karena waktu yang diberikan untuk melakukan evaluasi atas kontrak tersebut hanya 24 jam. Padahal nilai kontraknya sangat besar sehingga perlu evaluasi lebih lama dan menyeluruh.

ADVERTISEMENT

"Kita hanya diberi 1x24 jam untuk evaluasi dan menandatanganinya. Total kontraknya melebihi US$ 3 miliar untuk 50 pesawat. Gila kan, hanya 24 jam," tuturnya.

Dengan mengaku dipaksa, Peter Gontha pun akhirnya menandatangani kontrak tersebut dengan catatan. Jika tidak, katanya akan menjadi dissenting atau kegagalan pembelian pesawat.

"Karena dipaksa dengan alasan saya harus ttd, kalau tidak menjadi (dissenting) "gagal" pembeliannya. Saya akhirnya tandatangani juga tapi dengan catatan bahwa kita tidak diberi cukup waktu untuk evaluasi dan saya pun dikucilkan oleh "direksi waktu itu". Saksi hidup masih banyak. Tanyakan saja! Juga jejak digitalnya saya ada!" ujarnya.

Peter Gontha Sudah Minta Pesawat Dikembalikan

Peter Gontha selaku Komisaris Garuda Indonesia kala itu meminta direksi membatalkan perjanjian atau kontrak yang sudah dibuat karena pesawat itu terindikasi gagal desain dan jatuh seperti kasus yang menimpa Lion Air dan Ethiopia Air. Dari 50 pesawat di dalam kontrak, hanya satu Boeing 737 Max yang dikirim ke Garuda Indonesia.

Sayangnya saran dari Peter Gontha itu tidak ada yang didengarkan. "Tidak dikerjakan karena alasan kontrak tersebut tidak bisa dibatalkan apapun alasannya. Saya minta dituntut di pengadilan Amerika Serikat dan minta uang perusahaan dikembalikan, tapi tidak dilaksanakan padahal Boeing sudah terkendala korupsi," tutur Peter Gontha.


(aid/eds)

Hide Ads