Penuh Drama! Lika Liku Masalah Garuda Indonesia Sejak Era Soeharto

Penuh Drama! Lika Liku Masalah Garuda Indonesia Sejak Era Soeharto

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Minggu, 07 Nov 2021 11:11 WIB
Infografis Armada Garuda Indonesia menyusut
Foto: Infografis detikcom/Denny
Jakarta -

Kondisi PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk sedang tidak baik. Maskapai pelat merah ini tengah terlilit utang yang besar, bahkan sempat beredar kabar akan pailit.

Kondisi keuangan yang tidak baik bukanlah pertama kali bagi Garuda. Di masa Orde Baru maskapai ini bahkan nyaris bangkrut.

Tanri Abeng, Mantan Menteri BUMN pernah bercerita mengenai pembenahan yang dilakukannya pada Garuda Indonesia. Tanri mengawali ceritanya saat ditunjuk menjadi menteri oleh Presiden Soeharto. Sebelumnya, ia masih menjabat sebagai komisaris di Grup Bakrie.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Waktu itu Pak Soeharto pada 15 Januari 1998 menandatangani nota kesepahaman dengan IMF. Indonesia mendapat utang US$ 45 juta. Tidak lama beliau memanggil saya, jadi saya menghadap Pak Harto. Dia mengatakan begini, anda mengerti soal BUMN. Saya punya 150 BUMN tapi nilainya kecil. Saya ingin tingkatkan nilainya kemudian sebagian saya jual untuk bayar utang. Begitu awal perjumpaan saya dengan Pak Harto," cerita Tanri pada 4 September 2014.

Mendengar permintaan Soeharto, Tanri meminta waktu untuk mempelajari soal BUMN dan kembali menghadap Soeharto 3 minggu kemudian. Hasil kajiannya tersebut diterima, dan berkat kajian itu Tanri diangkat sebagai Menteri BUMN pertama yang dimiliki Indonesia.

ADVERTISEMENT

Ia mengisahkan, pekerjaan pertama kala itu adalah mengurus Garuda yang secara keuangannya sudah bisa dikatakan bangkrut.

"Beliau (Soeharto) itu minta saya masuk ke jajaran kabinetnya di kementerian pemberdaayaan BUMN. Tugas pertama saya selamatkan Garuda Indonesia," tuturnya.

Tanri pun putar otak. Langkah awal yang ditempuh ialah mengganti direktur utama. Diakui Tanri, ia sempat was-was karena orang nomor satu Garuda saat itu adalah ajudan presiden sendiri. Di luar dugaan, Presiden Soeharto justru menyetujuinya. Bahkan, Soeharto meminta seluruh direksi diganti.

"Justru dia bilang kenapa hanya Dirut yang diganti. Sekalian saja diganti seluruh direksinya. Di sana ada mafia yang sudah 7 tahun. Jadi harus diganti semua," cerita Tanri.

Lanjutkan membaca -->

Meski mengantongi izin dari Soeharto, eksekusi rencana penggantian ini rupanya bukan perkara sederhana lantaran yang dihadapi adalah mafia. Namun Tanri tak kehabisan akal, dan mencari koleganya yang cukup berani dan cerdas untuk menghadapi mafia ini.

"Saya langsung hubung kawan saya Robby Djohan beliau yang cukup gila untuk menghadapi mafia-mafia itu, jadi saya percayakan ke dia," tuturnya.

Namun, Robby tak serta merta menerima tawaran tersebut. Robby menyampaikan dua syarat, yakni hanya bekerja 6 jam per hari dan seluruh kewenangan menunjuk direksi diserahkan padanya.

Setelah memenuhi syarat tersebut, Garuda mulai berbenah. Langkah pertama adalah menggalang dana dengan mencari investor potensial agar maskapai ini dapat bernafas. Dimulailah cerita Garuda sebagai perusahaan senilai US$ 1.

"Saya bilang ke Robby, kamu cari investor supaya ada investor masuk kita enggak ada duit. Dia datang ke saya bilang kalau Garuda hanya dihargai US$ 1. Untuk perusahaan yang negative equity, nilai US$ 1 itu sudah sangat bagus kata Robby," cerita Tanri.

Dari situlah, akhirnya Tanri bersama Robby dan jajaran direksi yang sudah dibentuknya bertekad untuk meningkatkan nilai perusahaan. Jalan pertama adalah menggagalkan 8 kontrak berbau KKN dengan nilai yang cukup besar.

Setelah itu, tim lantas mencari sosok untuk menduduki jabatan sebagai direktur keuangan. Tanri pun merelakan sekretaris kementerian yakni Ghani untuk jadi anak buah Robby di Garuda Indonesia.

Langkah itu berhasil hingga membawa garuda kembali mampu mengepak sayapnya. Perkembangannya pun diwarnai lika-laku hingga akhirnya Emirsyah Satar bergabung dan perusahaan tersebut bernilai miliaran dolar.

"Air mata saya keluar tatkala mau IPO, 1 dolar dan sekarang setelah 13 tahun kemudian jadi 1 billion dollars," ucap dia kala itu.

Lanjutkan membaca -->

Pada kesempatan lain, Tanri bercerita sejumlah langkah dilakukan Robby untuk memperbaiki kinerja garuda. Reformasi dilakukan besar-besaran, salah satunya memangkas karyawan yang terlalu gemuk. Saat itu jumlah karyawan Garuda mencapai 13.000 orang, padahal kebutuhan idelnya hanya 6.000 orang.

"Saya ganti direksinya semua. Dibawa direksi baru, seperti Emirsyah Satar dibawa dari Hong Kong. Kemudian, akhirnya dipensiunkan 6.000 orang karyawan dan itu duitnya banyak. Tapi, itu kembali cepat karena efisiensi dan lain sebagainya," sebut dia.

Meski mulai bangkit, Garuda kemudian diterpa berbagai isu miring. Salah satunya mengenai penawaran umum saham ke publik atau initial public offering (IPO) di tahun 2011. Saat itu, saham Garuda ditawarkan Rp 750 per saham.

Harga tersebut menuai polemik. Banyak kalangan menilai, harga itu kemahalan.

Kala itu, sumber di Kementerian BUMN bahkan menyebutkan jika Menteri BUMN (saat itu Mustafa Abubakar) menentukan harga berdasarkan salat Istikharah. Harga ditetapkan Rp 900 - Rp 1.080.

"Pak Menteri (Menteri BUMN Mustafa Abukbakar) bilang, berdasarkan hasil salat Istikharah saya, harga Garuda Rp 900-1080, no bargain," ucap sumber dari pemberitaan detikcom (17/2/2011).

Namun harga tersebut dinilai terlalu mahal. Banyak perusahaan riset independen yang menyebut harga saham Garuda ini bisa di kisaran Rp 560 - Rp 850 per lembar.

Satu pekan kemudian, Menteri BUMN Mustafa menyebut jika harga saham Garuda Indonesia ini tidak jatuh dari langit. Harga sesuai dengan mekanisme dan persyaratan yang berlaku.

"Saya sempat minta bagaimana kalau di Rp 900-1.060 per lembar. Tiga-tiganya (underwriter) langsung mundur. Akhirnya disepakati harga bersama, bukan jatuh dari langit, bukan hanya istikharah saja. Bahwasanya ada indera keenam ya bisa-bisa saja hahaha..," ujar Mustafa sambil tertawa.

Drama saham Garuda tak hanya berhenti di harga saja. Satu tahun berikutnya, setelah Menteri BUMN diganti menjadi Dahlan Iskan. Dia masih memiliki PR untuk menawarkan sisa saham Garuda Indonesia yang dimiliki tiga sekuritas BUMN ke lima pengusaha nasional.

Dahlan menawarkan melalui SMS ke Sandiaga Uno, Rachmat Gobel dan Chairul Tanjung, Anthony Salim dan Nirwan Bakrie.

'Berminatkah grup Anda membeli saham Garuda yang dikuasai tiga sekuritas BUMN dengan harga pasar saat ini? Kasihan tiga sekuritas tersebut. Kalau tidak ada pengusaha dalam negeri yang ambil, tentu akan dibeli asing. Saya tahu ini kemahalan dan kurang menarik'.

Tak berhenti di sana, kabar buruk yang menerpa Garuda ialah saat mantan direktur utamanya Emirsyah Satar ditetapkan sebagai tersangka kaus suap pengadaan pesawat dan mesin mesin pesawat pada 2017 lalu. Emirsyah kala itu diduga menerima suap mencapai puluhan miliar rupiah.

"Tersangka ESA diduga menerima suap dari tersangka SS dalam bentuk uang dan barang, yaitu dalam bentuk uang euro sebesar 1,2 juta euro dan USD 180 ribu atau setara dengan Rp 20 miliar," ujar Wakil Ketua KPK Laode M Syarif dalam pemberitaan detikcom 2017 lalu.

Selain itu, nama Garuda juga tercoreng akibat skandal manipulasi laporan keuangan. Garuda mulanya mencetak laba bersih US$ 809,85 miliar atau setara atau setara Rp 11,33 miliar (kurs Rp 14.000) dalam laporan keuangan 2018.

Namun, masalah itu terungkap hingga akhirnya Garuda menyajikan kembali laporan keuangannya menjadi net loss atau rugi bersih sebesar US$ 175,028 juta atau sekitar Rp 2,4 triliun.

Terbaru, isu pailit berhembus di tengah kondisi utang Garuda yang menggunung. Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Saputra pun menjelaskan kabar pailit merupakan pandangan dari pihak Kementerian BUMN.

"Hal tersebut merupakan pandangan dari Kementerian BUMN selaku pemegang saham mayoritas Garuda Indonesia dalam melihat berbagai kemungkinan melalui perspektif yang lebih luas atas berbagai opsi-terkait langkah pemulihan kinerja Garuda Indonesia," ucapnya kepada detikcom, Rabu (20/10/2021).

Irfan menegaskan, saat ini pihaknya hanya fokus untuk terus melakukan langkah akseleratif pemulihan kinerja yang utamanya dilakukan melalui program restrukturisasi menyeluruh terhadap utangnya.

"Upaya tersebut turut kami intensifkan melalui berbagai upaya langkah penunjang perbaikan kinerja Garuda Indonesia secara fundamental khususnya dari basis operasional penerbangan," tambahnya.



Simak Video "Perusahaan Penerbangan Indonesia Kurangi Jumlah Pesawat"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads