Menurut PBB, harga pangan dunia telah melonjak ke level tertinggi sejak Juli 2011 lalu. Hal ini terjadi akibat adanya permintaan yang kuat, sedangkan panen lesu.
Melansir dari CNN, Senin (11/8/2021), menurut indeks yang diterbitkan oleh Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), harga pangan dunia telah naik dalam tiga bulan terakhir. Di bulan Oktober kemarin, harga pangan dunia telah naik sebanyak 3% bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya yakni September.
Selain itu, menurut laporan FAO pada Kamis (4/11) kemarin, secara keseluruhan Indeks Harga Pangan telah meningkat lebih dari 30% dalam setahun terakhir.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai contoh, FAO mengatakan kalau saat ini harga gandum global telah melonjak 5% pada Oktober kemarin akibat berkurangnya jumlah panen dari eksportir utama termasuk Kanada, Rusia dan Amerika Serikat.
Selain harga gandum, dikatakan kalau harga beras dan jagung juga meningkat. Kenaikan harga ini juga terjadi untuk minyak sawit, kedelai, bunga matahari dan minyak lobak menyebabkan adanya kenaikan sebesar 9,6% dalam indeks harga sayuran FAO.
Sedangkan di sisi lain, FAO juga menyebutkan kalau saat ini komoditas yang menjadi permintaan global tertinggi merupakan berbagai produk seperti susu bubuk, unggas, minyak sayur, dan jelai.
Tentu naiknya harga komoditas pangan global ini menyebabkan biaya yang lebih tinggi bagi perusahaan penyedia barang konsumsi. Bahkan beberapa di antaranya terpaksa harus menaikkan harga barang produksinya kepada para konsumen.
Hal ini terjadi untuk perusahaan seperti Unilever (UL), Kraft Heinz (KHC) dan Mondelez (MDLZ) yang terpaksa haru menaikkan harga sejumlah produk mereka.
Baca juga: Harga Pupuk di RI Naik, Ini Biang Keroknya |