Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo menjelaskan Pelita Air jadi cadangan jika PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk pailit. Sebab, pada proses hukum restrukturisasi ada risiko tidak mencapai titik temu dengan kreditur hingga kemudian pailit.
Meski demikian, bukan berarti Garuda langsung pailit. Dia mengatakan, pihaknya mendorong adanya perdamaian atau homologasi.
"Itu ada kesalahan quotation juga di media, kami menyatakan kalau kita masuk proses hukum, yang didorong homologasi, tapi ada risiko pailit. Itu kita harus sebut di awal, kalau nggak saya sebut, saya nggak bener, harus saya sebutkan," katanya dalam rapat dengan Komisi VI, Selasa (9/11/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Cuma yang ditangkap media seolah langsung pailit. Kemudian ada pertanyaan lain lagi, "Kalau pailit bagaimana?'. Ya kami sampaikan, kita sebagai pemegang saham melihat sektor transportasi udara ini penting ya kami akan menggunakan Pelita sebagai cadangan," katanya.
Dia mengatakan, Indonesia akan kekurangan pesawat jika Garuda pailit. Jika pailit, Indonesia akan kehilangan 150 pesawat yang beroperasi.
"Indonesia akan mengalami shortage pesawat. Ini problem memang, karena sekarang Indonesia 350 pesawat-400 pesawat yang beroperasi. Kalau Garuda pailit itu akan kehilangan sekitar 150 pesawat," katanya.
Saat Garuda pailit, lanjut Tiko, maka ke depan pesawat akan sulit dicari. Maka itu, pemerintah bertanggung jawab menyiapkan cadangan.
"Bayangkan kalau Garuda pailit nanti tahun depan mungkin akan sangat sulit mencari pesawat karena nggak ada aircraft yang tersedia. Oleh karena itu kita juga harus bertanggung jawab untuk menyiapkan sekoci seandainya ini gagal, pailit harus ada yang kita dorong untuk mengisi kekosongan pesawat ini. Jadi begitu ceritanya Pak. Itu hanya sekoci apabila proses in court-nya tadi tidak mencapai harapan kita," terangnya.