Kementerian Pertanian menargetkan bisa mencetak 2,5 juta orang petani muda alias petani milenial dalam 5 tahun. Petani milenial dinilai bisa mendorong pertumbuhan ekonomi lebih cepat.
Di zaman serba digital sekarang ini, petani juga harus melek teknologi dan inovasi. Direktur Informasi dan Komunikasi Perekonomian dan Maritim Kementerian Kominfo, Septriana Tangkary mengatakan, kunci dari pertumbuhan ekonomi dan pertanian adalah konsistensi penerapan inovasi dan teknologi.
"Saya berharap inovasi dan terobosan antara lain melalui reformasi pertanian, intensifikasi produksi, dan peningkatan akses pasar, menjadi upaya nyata yang harus diimplementasikan pelaksanaannya di lapangan secara konsisten untuk mewujudkan kesejahteraan petani," ujar dia
dalam sambutannya membuka acara webinar Creative Talks Pojok Literasi "Petani Milenial Dongkrak Ekonomi Sektor Pertanian", dikutip Rabu (10/11/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, Wakil Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY, Ir. Syam Arjayanti menambahkan, sektor pertanian membutuhkan dukungan dari sumber daya manusia pertanian yang maju, mandiri, dan modern. Milenial, kebanyakan sesuai dengan kriteria tersebut.
Baca juga: BUMN Keroyokan Bantu Petani, Begini Hasilnya |
"Adapun inovasi yang membedakan petani milenial dan konvensional tercermin dari matangnya perencanaan bisnis serta kemampuan menganalisa peluang, sehingga tidak menggantungkan diri kepada pemerintah," kata Syam.
Hal itu diamini oleh Petani Kreatif Sambung Ganda, Gaib Asih Santoso. Menurutnya, petani milenial saat ini sudah semakin berkembang. Hadirnya petani milenial juga diharapkan bisa menggenjot transfer teknologi dan pengetahuan kepada petani konvensional.
"Generasi milenial dapat menjadi jembatan generasi z dalam hal pendampingan penerapan digitalisasi pertanian khususnya dalam implementasi smart farming," jelas Artita.
Lanjutkan membaca ==>
Simak Video "Video Wamentan Bicara Petani Berkurang hingga Program Petani Milenial"
[Gambas:Video 20detik]