Jakarta -
Penandatanganan perjanjian kerja sama (MoU) Murban Energy, Uni Emirat Arab (UEA) dengan Pemerintah Aceh terkait investasi di Pulau Banyak, Kabupaten Aceh Singkil batal dilakukan. Perjanjian itu seharusnya diteken 2 November lalu di Dubai.
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan alasan mengapa proyek tempat liburan tersebut batal.
"Menyangkut urban di Aceh, kawasan pariwisata kenapa nggak jadi diteken, ini memang ada sedikit kemarin. Kalau kami meneken sesuatu itu kami meyakini bahwa orang ini bisa jalan atau nggak," ungkap Bahlil dalam konferensi pers virtual, Kamis (11/11/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Nah kami melihat kemarin masih ada 1-2 poin yang masih terjadi diskusi untuk urusan implementasi investasi di Aceh," sambungnya.
Dia mengatakan, terjadi perbedaan persepsi antara pemerintah UEA dengan Indonesia. Sehingga, keduanya memutuskan untuk menunda kegiatan kerja sama tersebut.
"Maka untuk sementara ter-pending tapi bukan berarti nggak jalan, ini di-pending aja sedikit karena masih ada beberapa persepsi yang harus sama-sama kita luruskan," ujarnya.
Bahlil mengatakan, UEA merupakan negara yang terbuka dan potensi investasinya sangat strategis. Apalagi, mereka dikenal sebagai negara yang memiliki jaringan serta pertumbuhan ekonomi yang baik.
"Kita nggak boleh menutup diri, dan posisi Uni Emirates Arab itu sangat strategis, secara kultur dalam konteks agama kita punya hubungan emosional. Jadi menurut saya kita harus pandai-pandai memainkan peran ini dalam rangka mendapatkan suatu keuntungan yang sudah barang tentu win-win antar kedua belah pihak," kata dia.
Sebagai informasi, sebelumnya UEA kepincut dengan pesona kawasan Singkil di Aceh. Dalam kunjungan Menteri Energi dan Infrastruktur UEA Suhail Al-Mazroui Maret lalu, salah satu perusahaan asal UEA menyatakan minat untuk mengembangkan resor pariwisata di Aceh.
Bahkan kabar investasi itu pun sempat digembar-gemborkan. Saat itu, Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan, akan ada proyek senilai US$ 500 juta atau sekitar Rp 7,1 triliun yang bakal digarap di Aceh.
"Kebetulan saya juga punya hubungan baik dengan mereka (UEA) maka kita akan coba kawinkan. Ada satu proyek menurut hemat saya itu kira-kira US$ 500 juta," ungkap Luhut dalam sambutan di acara Gernas BBI Aceh, Rabu (8/9).
Potensinya, menurut Luhut, ada 40 ribu hektar kawasan di Singkil yang menarik hati UEA. Luhut mengatakan mereka akan membangun resor dan kawasan wisata di daerah itu.
Daerah itu, disebut Luhut menjadi favorit dari Pangeran Abu Dhabi Crown Prince Mohammed bin Zayed Al Nahyan alias MBZ dan nampaknya akan menjadi tempat liburan sang pangeran. Saking favoritnya, Pangeran MBZ bahkan meminta agar dibuatkan juga penerbangan langsung dari Abu Dhabi ke Singkil.
"Mereka mau bikin resor. Bahkan, Crown Prince Mohammed Bin Zayed juga mau sekali-kali juga ada di sana. Dia juga mau direct flight dari Abu Dhabi ke Singkil," ungkap Luhut.
Berdasarkan catatan detikcom, proyek resor ini sudah ditandatangani oleh Gubernur Aceh Nova Iriansyah dan Direktur Eksekutif Murban Energy Amine Abide Maret lalu seiring dengan kunjungan Menteri Suhail Al-Mazroui. Murban Energy diketahui merupakan sebuah perusahaan UEA yang portofolio investasinya mencakup pengembangan resor mewah di Maladewa dan Seychelles.
Namun sayangnya, proyek ini batal disetujui tahun ini atau ditunda.